Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hm? Kok lemas begitu, sih? Kakek sudah kasih makan, ya?"
Nara menoleh kearah tangga yang terdengar suara langkah kaki, "Kok ayah? Hahh.. baru saja ayah bangun."
"Biarkan saja, umur Haru sudah bukan empat bulan lagi. Tahun ini Haru mau dua belas.. iya, kan? Iya, kan? Hmm?"
Ayah bertanya sambil mendekati Haru dan langsung menggosok area perut anjing kesayangannya.
"GUK!! GUK!"
Lihat, Haru kesenangan!
Di hari tuanya, ayah memang semakin memanjakan Haru bahkan lebih dari Nara yang notabene mempunyai pekerjaan tetap.
Menggosok bulu-bulu di area perut Haru menjadi kegiatan favorit ayah. Beruntung, yang digosok pun selalu merasa keenakan sampai bisa memutar badannya menandai bahwa dia senang.
Nara tersenyum melihat dua anggota keluarganya yang berharga terlihat akur sehingga menjadikan kondisi dapur menjadi lebih hangat.
"Aku rasa ayah harus makan bersama Haru, siapa tahu Haru bisa semangat lagi. Ayah mau makan apa?"
"Sepertinya iya," jawab ayah sembari jalan ke kursi makan. Tentunya, dengan diikuti Haru yang sudah menjulurkan lidah.
"Buatkan ayah roti bakar saja, sama sepertimu. Jam delapan kau harus sudah masuk kelas, kan?"
"Iya, yah. Sebentar lagi angkatan dua belas akan lulus, makanya semua guru harus bisa lebih intens mengajari anak-anak."
Nara memberikan sepiring roti bakar isi selai kacang kesukaan ayah dan semangkuk makanan anjing untuk Haru. Tak lupa secangkir kopi susu hangat untuk ayah.
"Padahal rasanya baru kemarin angkatan dua belas masuk. Dua bulan lagi mereka lanjut ke sekolah dasar.."
"Kapan bagianmu?" tanya ayah sambil dilanjutkan menyeruput pelan kopi yang masih mengepul.
"Bagianku?"
Ayah menaruh secangkir kopi kembali di tempatnya.
"Kapan kamu mau mengajari cucu ayah sendiri?"
Nara terdiam. Yang ayah maksud tidak lain tidak bukan, ya dirinya sendiri.
Nara tidak punya saudara kandung.
"Ayah.. aku tahun ini baru mau 26 tahun. Aku masih ingin fokus mengurus ayah dan membenahi diriku sendiri."
"Mendiang ibumu ayah lamar saat umur 21. Mau menunggu apa lagi? Kamu sudah mempunyai pekerjaan tetap dan sudah tahu bagaimana menjadi ibu rumah tangga yang benar. Kamu sudah lebih dari cukup, Nara."
Nara mendengarkan kata demi kata yang keluar dari mulut ayah. Baru kali ini, ayah membawa topik pembicaraan yang cukup 'sensitif' baginya. Nara tidak ingin mengeluarkan sepatah kata karena takut dianggap melawan orangtuanya sendiri.
Nara melanjutkan mengelap wastafel sebelum berangkat bekerja.Tangan Nara sibuk bergerak horizontal, dan terkadang memutar sembari memegang sebuah lap agak basah yang masih mengeluarkan buih tipis.
"Jangan terlalu merasa independen. Kau juga butuh seorang lelaki."
"Bukan begitu, yah.."
"Hari ini Minhyun jemput lagi?"
"Sejak minggu lalu dia dipindahkan ke sekolah dasar. Harus standby di ruang guru jam tujuh tepat."
"Ayah antar, ya?"
Nara tersenyum. "Tidak usah, naik busway satu kali langsung sampai di seberang sekolah."
*****
"Selamat pagi, pak!"
"Pagi bu Nara, semangat pagi!"
Kedua ujung bibir tak terlalu tipis itu melebar sampai membentuk senyuman termanis yang pernah dilihat. Setiap orang yang melihat Nara tersenyum, mustahil jika tidak ikut tersenyum.
Nara merasakan getaran dari dalam shoulder bag-nya. Langkah kakinya menjadi lebih pelan karena merogoh smartphone di dalam tas yang baru saja bergetar.
Nara membaca nama pengirim pesan dari notifications bar dan tak butuh waktu yang lama untuk memberi reaksi singkat,
"Oh."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Minhyun.
Hwang 'Protektif' Minhyun.
Nara dan Minhyun adalah teman karib sejak SMA. Lihat, bahkan nama Minhyun di Whatsapp-nya saja masih terdapat ruangan kelas dimana mereka belajar bersama di bangku SMA.
Sudah hampir genap delapan tahun hubungan mereka, seperti tak akan bisa dipisahkan. Begitu banyak cerita diantara mereka dan bahkan, tak jarang keduanya diterpa gosip bahwa mereka sebenarnya backstreet.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mungkin protektif adalah sifat yang wajar dimiliki seorang pria yang mempunyai sahabat perempuan. Terlebih, Minhyun juga merupakan anak piatu.
Nara tersenyum geli membaca pesan dari sahabatnya. Seperti baru kali ini Minhyun menjadi protektif. Faktanya, Minhyun sudah protektif terhadapnya sejak lulus SMA.
Namun, karena dasarnya Nara itu perempuan mandiri, seringkali muncul pertengkaran kecil antara mereka hanya karena Minhyun yang protektif.