📌6⃣📌

3.1K 299 32
                                    

"HALILINTAR! Ku tunggu kau di ruangan ku! Cepat!"

Huh.. Masalah dateng lagi

Dengan langkah malas, Halilintar berjalan menuju ruangan khusus yang di cap sebagai ruang pribadi pemilik restoran.

"Ada apa?"

"Dasar tidak sopan, kau sedang bicara dengan pemilik restoran harusnya kau bersikap-"

"Tidak usah bertele-tele Fang, Langsung saja! Kau membuang waktuku."

Ya.. Pemilik restoran itu adalah Fang. Sahabat sekaligus rivalnya sejak sekolah menengah pertama.

"Apa? Bukankah terbalik, kau yang membuang waktuku."

"Kalau tidak penting, lebih baik aku kembali bekerja."

"Jauhi Ying"

Haaah... masalah ini lagi.

"Sudahku bilang jutaan kali Fang, aku tidak mendekati Ying."

"Nggak peduli! Sekali lagi aku liat Ying di dekatmu, liat saja kau tidak akan bisa bekerja dimana pun."

Muak. Halilintar muak dengan ancaman yang sudah dia dengar sejak awal bekerja di restoran sahabatnya itu.

"Jadi, ini tentang masalah percintaan kau, Fang. Cinta yang bertepuk sebelah tangan. Heh.. Miris."

"Beraninya kau..."

"Yah.. ambil aja si Ying. Perempuan cerewet, bawel, dan nggak pernah diem. Jauh dari tipe ku."

"Dasar kau.."

Fang berdiri dari posisi duduknya, berjalan ke arah Halilintar dan mencengkram kerah seragam Halilintar.

"Dengar ya.. Kali ini aku tidak bercanda, minta maaf pada ku atau kau kehilangan pekerjaan mu."

"Heh.. Minta maaf? Buat apa? Aku nggak salah dan jika kau ingin aku pergi..."

Halilintar mencengkram balik kerah baju milik Fang.

"Tidak usah mengusirku, karena mulai saat ini aku berhenti."

Setelah itu, Halilintar mendorong Fang dan melepas seragamnya lalu di campakkan pada Fang.

Fang yang terjatuh akibat dorongan Halilintar mulai bangkit dan mencengkeram baju seragam yang Halilintar campakkan padanya.

Di luar ruangan, Ying mendengar semuanya bersama Yaya, temannya.

"Ha.. Halilintar berhenti."

Pintu ruangan tersebut terbuka bersamaan dengan keluarnya Halilintar.

Halilintar berjalan lurus menuju pintu utama restoran.

Malam yang sepi, sama seperti dirinya.

"Halilintar!"

Halilintar mengabaikan panggilan dari perempuan yang menjadi sumber utamanya pergi. Halilintar mempercepat tempo nya berjalan dan kemudian ia mulai berlari, menjauhi restoran tempatnya bekerja.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Angin malam menerpa wajah sendu Halilintar. Belum selesai dengan masalah mimpinya, dia sendiri malah menambah masalahnya lagi.

"AAAAAARRRRGGGHHH"

Saat ini, Halilintar berada di taman tengah kota. Sendirian, sama seperti kemauannya sekarang. Melepaskan semua yang coba ia tahan.

Halilintar menghela nafas, mencoba menenangkan dirinya lalu duduk di kursi taman.

Kepalanya dihadapkan pada langit malam yang sama sekali tak terlihat bintang satu pun. Gelap. Sunyi. Dua kata yang Halilintar suka.

Tiba-tiba ia merasa ada yang duduk di sampingnya. Seorang wanita. Halilintar membiarkannya, lagi pula ini taman kota, tempat umum, jadi ia tak bisa mengusirnya.

Halilintar mulai memejamkan matanya, menenangkan pikirannya.

Saat Halilintar membuka kembali matanya, wanita di sampingnya tidak ada. Mungkin, sudah pergi. Pikir Halilintar.

"ITU DIA..."

🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸

Ok.. Vote ⭐ dan komen 💬

12 April 2020

dyrannosaur


A HugTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang