📎 23 📎

2.9K 271 62
                                    

"Peluk." ujar Halilintar pelan.

"Hah? A-Apa? Ufan nggak dengar."

"Nggak. Bukan apa-apa. Makasih udah adain pesta ini. Kalian pulanglah udah malam." ujar Halilintar sembari berdiri untuk meninggalkan tempat itu.

Butuh mental besar bagi Halilintar saat dia mengucapkan kata 'peluk' dan adiknya itu bilang 'nggak dengar'?!

"Kak Hali... minta peluk?" tanya Thorn.

"OMG... Imut. Kalo Taufan nggak mau peluk kak Hali biar Solar aja. Dengan sungguh sangat senang hati Solar akan peluk kak Hali." ujar Solar sambil tersenyum.

Taufan membalas senyuman Solar, diiringi dengan tatapan membunuh. "Hm? Solar mau peluk kak Hali? Langkahi dulu mayat ku!" ujar Taufan sembari bangun dari duduknya dan menyusul Halilintar.

"Ya ampun, aku kan cuma bercanda, Fan." ucap Solar yang hanya diabaikan oleh Taufan.

"Eits.. Kak Hali. Jangan ke kamar dulu. Iya.. Ufan dengar kok.. Sini sini Ufan peluk." ujar Taufan yang merentangkan tangannya lebar di depan Halilintar.

"Minggir, Fan."

"Yaah.. Ngambek. Sinilah... Sini Ufan peluk." ucap Taufan yang langsung memeluk Halilintar.

"Lepas, Fan. Ish!" Halilintar memberontak dalam pelukan Taufan.

"Nggak! Tadi kakak yang minta, kan?!" tak mau kalah, Taufan semakin mempererat pelukannya.

Halilintar yang memberontak dan Taufan yang semakin mempererat pelukan.

"Nggak boleh di diemin nih." ujar Solar lalu mengambil handphone nya dan mulai merekam. Thorn? Pasrah aja punya kembaran kayak Solar. Udah biasa.

"Lepas, Fan."

"Nggak!" Taufan semakin mendekap Halilintar. Dan Halilintar yang semakin memberontak.

Beberapa menit berlalu. Taufan merasakan Halilintar berhenti memberontak, dan menyandarkan kepalanya di bahu Taufan.

"Eh? Nggak berontak lagi?"

"Fan."

"Hm?"

"Maaf."

"Buat?"

"Bahu kamu.. Masih sakit?"

Ya.. Tiba-tiba saja Halilintar mengingat kejadian itu, dia sedikit menyingkap kaus yang Taufan pakai, tepatnya pada bahunya. Terdapat luka goresan di sana.

"Nggak sih.."

"Sakit nggak?" tanya Halilintar sambil mengusap bekas luka itu.

"Nggak, kak. Udah nggak papa."

"Pasti sakit, kan?"

"Kakak kenapa sih? Udah di bilang nggak papa."

"Maaf." Halilintar membalas pelukan Taufan, bahkan memeluknya lebih erat dan membenamkan wajahnya pada bahu Taufan.

"Kak–" ucapan Taufan terhenti saat dia merasakan sesuatu yang hangat pada bahunya.

"Eh? Kak.. Kak Hali nangis? Kenapa? Ufan kan nggak ngapa-ngapain." ujar Taufan panik.

Halilintar hanya menggelengkan kepalanya sambil terus memeluk Taufan.

"Kak.. Jangan nangis dong.. Cup cup.. Udah Ya?" ujar Taufan sembari menepuk pelan serta mengelus rambut Halilintar.

Kelakuan Taufan yang memperlakukannya seperti anak kecil membuat Halilintar terkekeh malu sembari memukul pelan bahu Taufan.

"Bunda pasti marah sama kakak." ujar Halilintar yang menyandarkan kepalanya pada bahu Taufan.

"Bunda sama Ayah udah bahagia, kak. Kakak masih belum ikhlas ya?"

"Ayah bilang, kakak yang baik itu yang bisa lindungin adiknya di kondisi apa pun."

"Kak–"

"Dan kakak gagal lindungin kamu."

"Udah kak! Ufan nggak suka kakak bahas Ayah sama Bunda lagi!" bentak Taufan lalu melepaskan pelukan Halilintar.

"Kenapa?!"

"Udahlah, kak. Ayah sama Bunda udah nggak–"

"Yaa.. Bagi kamu. Tapi, bagi kakak mereka masih ada. Mereka masih liat gimana cara kakak lindungin kamu. Masih liat apa kakak bisa–"

"Cukup, kak. Cukup!"

"Kenapa?! Kakak cuma mau kasih tau kalo kakak–"

Tiba-tiba Halilintar merasa kepalanya pusing dan seperti ada yang berdengung.

"Kak Hali?"

Bruuk!

"Kak Hali!!"

🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸

Hai.. Ini aku update pake Wi-Fi kakakku... Wkwkwk :v

Jadi, jangan lupa vote ⭐ dan komen 💬  biar dia bahagia :v

3 Juli 2020

dyrannosaur

A HugTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang