📎 26 📎

2.5K 211 38
                                    

Setelah 10 menit berjalan akhirnya mereka sampai di tempat yang Halilintar ingin datangi.

"Pos satpam?" tanya Taufan penuh keheranan saat sampai disana.

Halilintar tak menjawabnya, dia langsung mengetuk pintunya dan masuk ke sana.

"Maaf mengganggu waktunya, pak."

"Iya, ada apa ya?" tanya seseorang yang sedang berjaga disana atau lebih tepatnya seseorang yang Halilintar ingin temui.

"Itu... Saya Halilintar, saya mau ngucapin terima kasih karena bapak udah nolongin saya waktu itu."

"Hm... Yang mana ya? Haha.. Maaf bapak lupa, akhir-akhir ini bapak nolongin banyak orang."

"Iya... Saya yang waktu itu bapak tolongin, waktu tengah malam di gang kecil." jelas Halilintar langsung ke intinya.

"Hmm...." terlihat pak satpam itu berpikir sejenak.

"Oh! Yang ini bukan?" ujarnya kembali sambil menunjukkan rekaman CCTV.

"Iya. Itu saya. Maaf waktu itu saya cuek, terima kasih udah nolongin saya. Ini, ehm... Dari saya, mungkin rasanya nggak bisa sesuaiin selera bapak, tapi... Semoga bapak suka." ujar Halilintar lalu memberikan sebuah kotak makan yang sudah ia persiapkan.

"Iya, sama-sama. Dan terima kasih makanannya. Tapi, berkat kamu juga orang itu jadi bisa kita tangkep. Sebenarnya udah dari tahun lalu ada laporan kalo ada orang yang suka lakuin perampokan atau begal disana. Polisi juga udah sering grebek tempat sekitar situ, tapi, ketuanya nggak pernah bisa ditangkap. Dan pas kejadian kamu itu ternyata terekam CCTV yang dipasang salah satu rumah warga dan ngerekam lumayan jelas muka si ketua itu, makanya seminggu yang lalu dia bisa ditangkep." ucap bapak itu.

"Emang kakak saya di apain ya?" tanya Taufan, dia merasa hanya dirinya yang tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan.

"Ini liat aja." ujar bapak itu sembari mempersilahkan Taufan melihat rekaman CCTV.

Taufan mendekat untuk melihat rekaman CCTV tersebut.

"Kak Hali... Berantem? Kenapa?" tanya Taufan lagi. Ia hanya heran tidak biasanya kakaknya ini berantem apalagi di tengah jalan.

"Nggak penting, udah ya pak, kami pulang dulu." ucap Halilintar sambil menarik lengan Taufan.

"Ntar dulu. Pak, ini kakak saya berantem?" belum. Taufan belum tau apa yang terjadi dan dia benar benar ingin tau.

"Ya, kalo diliat sih berantem, tapi, pelakunya ngaku kalo dia–" penjelasan bapak itu terpotong begitu saja oleh Halilintar.

"Iya, pak. Nanti saya jelasin sendiri ke adik saya. Ayo Fan, kita pulang." sela Halilintar yang langsung menyeret Taufan menuju pintu.

"Eh... Tunggu, kak." Ya, Taufan masih ingin tau tapi kakaknya ini malah menariknya.

"Kami permisi ya, pak. Sekali lagi terima kasih." ujar Halilintar sembari keluar dari sana membawa adiknya.

"Kak Hali. Sakit, kak." rintih Taufan. Tidak biasanya kakaknya ini mencangkram tangannya sangat erat.

"Maaf." ujar Halilintar, bisa ia lihat warna merah membekas pada tangan Taufan akibat pegangannya.

"Duuh... Emang kakak berantem kenapa sih? Tumben." tanya Taufan sambil menggelus tangannya.

"Nggak penting."

"Tadi katanya mau jelasin ke Ufan."

"Hahh... Dia nyegat kakak terus minta duit kakak."

"Ouh... Gitu doang? Kok tadi di video sampe tidur tiduran di jalan gitu sih?"

A HugTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang