📍13📍

2.5K 228 12
                                    

Kini waktu menunjukkan pukul 9 malam dan Halilintar belum juga kembali.

"Ish! Kakak mana sih!? Liat aja kalo pulang aku bakal omelin dia.. aku pukulin dia.. aku maki dia.. Padahal dia sendiri yang bilang jangan suka bikin orang khawatir, sekarang apa?! Hiks.."

Taufan mengurung dirinya di kamar. Sedari tadi handphone nya juga terus berdering, menampilkan nama Thorn sebagai si penelpon.

Tok Tok Tok

Ketukan pintu membuat Taufan menoleh. Masalahnya pintu kamarnya yang di ketuk, bukan pintu depan rumahnya.

'Kayaknya udah aku kunci deh pintu depan.. Jangan-jangan.. Hantu lagi! Idih.. Lagi panik dan nggak bisa mikir begini malah di datengin hantu. Kalian para hantu jangan gangguin ufan dulu ya.. Ufan stres nih gara-gara kak Hali ilang.'

Tok Tok Tok

Ketukan pintu terdengar lagi. Taufan makin panik, dan nggak bisa berpikir positif.

'Eh! Tapi, masa hantu ketok pintu.. Kan bisa nembus tembok. Atau jangan-jangan itu kak Hali ya?'

"WOI TAUFAN!! Buka pintunya!" jeritan dari balik pintu menghilangkan semua pikiran negatif Taufan tadi. Dia sangat mengenali suara itu.

'Halah.. Si Solar, kirain siapa. Ngagetin aja.'

Batin Taufan sambil berjalan menuju pintu kamarnya.

Ceklek~

Pintu kamar di buka dan..

Bugh!!

"Bawa dia."

Dua orang berbadan kekar terlihat berjalan ke arah Taufan yang tergeletak tak sadarkan diri di depan kamarnya.

"Lepasin Thorn! Jangan berani lo ngapa ngapain dia!" bentak Solar sambil meronta berusaha melepaskan diri.

"Ssttt~ diam.. Atau Thorn akan terluka."

Dia menjadikan Thorn sebagai tameng supaya Solar menuruti keinginannya.

"Ciih! Dasar licik!"

Tanpa banyak bicara dia memasuki mobil bersama dengan Solar serta Thorn dan Taufan yang tak sadarkan diri.

"Ke tempat Halilintar." ujarnya pada supir dan tanpa membantah sang supir langsung menuju ke tempat yang di maksud.

Di tempat Halilintar

"Akh.. Hali, hiks sakit!"

"Siapa suruh cari gara gara sama gue!"

Saat ini Ying terbaring lemas di lantai kotor gedung tua itu dengan tubuh terikat dengan tali dan banyak bekas darah di bajunya.

Halilintar? Dia menyandarkan dirinya di tembok. Dengan nafas tak beraturan, dia mulai mendudukkan dirinya dan mulai mengatur nafasnya.

Perlawanan tadi lumayan sengit, apalagi Ying yang berusaha keras menjadikan Halilintar miliknya dan keadaan Halilintar yang terdapat banyak luka akibat serangkaian peristiwa kemarin malam, menjadikan Halilintar kewalahan dalam melawan Ying.

"Ha.. Hiks.. Hali.. Lepasin..."

Halilintar tidak mendengarkan rengekkan Ying. Matanya terus mencari jalan untuk keluar dari tempat ini.

Sebenarnya apa yang terjadi??

Jadi, singkatnya Ying berusaha menjadikan Halilintar miliknya. Dan tentu saja Halilintar tidak menerimanya.

Halilintar melawan walau dengan keadaan setengah sadar akibat sesuatu yang di suntikan Ying pada Halilintar.

Di tengah perlawanan, Halilintar melihat sebilah pisau tergeletak tak jauh dari tempatnya, dan saat Ying lengah Halilintar mengambilnya dan menusukkannya pada kaki Ying.

Melihat adanya peluang, segera Halilintar mengambil tali yang tadi mengikat tubuhnya dan mengikatkannya pada Ying.

Namun Ying terus memberontak. Karena lelah dan sakit terasa di seluruh tubuh Halilintar, membuat kesabaran Halilintar hilang, tanpa pikir dua kali Halilintar menusukkan pisau itu pada tangan, bahu dan kaki Ying tanpa ampun sampai Ying benar benar berhenti memberontak.

"Hiks.. Hmmp"

Suara tangis yang ditahan oleh Ying kembali menggema di gedung tersebut. Tak di sangka malah dia yang terluka bukan Halilintar.

"HALILINTAR!! DIMANA LO?!!"

🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸🕸

Sudah sebulan cerita ini nggak lanjut~

Adakah yang nungguin? Nggak ada juga nggak papa yang penting diriku happy :v

Atau lupa jalan ceritanya? Silahkan baca ulang :v

Vote ⭐ dan komen 💬 okay...


26 Mei 2020

dyrannosaur

A HugTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang