Abe.
Setiap orang pasti punya kenangannya masing-masing. Ada yang memiliki kenangan buruk sehingga membuat mereka pingin ngelupain itu. Ada juga yang memiliki kenangan indah sehingga mereka sering mengenangnya, berandai-andai untuk bisa mengulang kenangan itu.
Entah mereka ingin melupakan ataupun ingin tetap menyimpannya, itu pilihan mereka masing-masing. Meskipun begitu, nggak bisa dipungkiri kalau kenangan terkadang datang tiba-tiba. Membuat kita mau nggak mau harus mengingatnya.
Ngelihat Rhea pingsan kayak gini bikin gue keinget sama satu kenangan. Salah satu potongan kehidupan gue yang nggak bisa dibilang indah, tapi sampai kapanpun gue nggak pengen melupakan itu.
"Jagain Rhea, Be. Gue ada urusan."
Gue cuma mengangguk menjawab Sora.
Sejak gue membawa Rhea ke basecamp tadi gue nggak pernah sekalipun ninggalin dia. Bahkan ketika Sora bilang mau jagain Rhea, gue tetap duduk di sampingnya. Nunggu dia bangun. Memastikan kalau dia emang baik-baik aja.
Gue khawatir banget. Takut kalau terjadi apa-apa sama Rhea. Siapa tahu dia diam-diam punya riwayat penyakit yang bikin dia tiba-tiba pingsan dan akhirnya nggak ketolong. Lalu dia pergi ninggalin gue.
Setakut itu gue sampai mikir yang aneh-aneh.
Tapi kata petugas kesehatan yang meriksa Rhea tadi, dia nggak apa-apa, cuma pingsan karena efek donor darah. Wajar katanya. Apalagi dia habis beraktifitas, kena panas juga.
Meskipun begitu tetep aja gue khawatir.
Kekhawatiran gue bukan tanpa sebab. Karna 3 tahun yang lalu, seseorang yang sangat gue sayangi pergi meninggalkan gue dengan tiba-tiba. Nggak ada yang mengira kalau malam itu, Ayah akan pergi dan nggak akan pernah kembali lagi.
Sore harinya, gue izin kepada Ayah untuk berangkat latihan basket. Tapi entah kenapa, Ayah nggak mengizini. Alasannya nggak jelas. Pokoknya sore ini Ayah pingin gue di rumah aja.
Ayah gue seorang Polri yang jarang ada di rumah. Mungkin karna itu beliau pengen gue di rumah aja, mumpung beliau nggak sibuk.
"Nggak usah pergi. Ketiga kakak kamu juga lagi ada di rumah, jarang-jarang bisa kumpul gini."
"Latihan ini wajib, Yah. Lusa aku udah tanding."
Meskipun seorang Polri, tapi Ayah nggak pernah kasar dan tegaan sama anak-anaknya. Akhirnya setelah memohon-mohon, Ayah memberi izin. Tapi dari sorot matanya, gue tahu kalau Ayah sebenarnya nggak rela.
Semuanya berjalan lancar pada awalnya. Sepulang latihan gue mandi, sholat Maghrib, habis itu makan malam bareng keluarga gue seperti biasanya. Semuanya baik-baik aja, Ayah juga nggak mengungkit lagi tentang permasalahan tadi.
Tapi ketika makan malam selesai dan semua berdiri dari duduknya, Ayah tiba-tiba saja ambruk.
"Ayah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Average
Teen Fiction"How can I love you if I don't love who I am?" "Then you don't need to love me. It's enough if only I who love you." Rhea Aninditha, seorang gadis yang hanya sebatas rata-rata. Untuk menjadi 'lebih', dia terhalang oleh batas 'cukup'. Tentang Rhea ya...