15

34 4 0
                                    

Hari ini hari pertama puasa, senang sekali bisa sahur bersama dengan seluruh anggota keluarga. Ya meskipun menu sahurnya biasa saja, hanya tempe dan sayur kacang, tapi tetap nikmat. Aneh saja puasa tahun ini aku bersemangat sekali untuk makan sahur. Biasanya aku sangat malas, makanan yang masuk ke mulut rasanya hambar, maunya kembali tidur.

Selesai makan sahur aku bersiap mengantar ibu ke pasar. Bapak, Arsyad dan Nisa juga bersiap berangkat ke mesjid. Selama puasa semua pegawai Hajah Lilis di perboleh datang ke pasar setelah sahur, jadi ibu bisa sahur dulu di rumah.

Setelah mengantar ibu aku langsung kembali ke rumah. Meskipun sekarang libur sekolah, hari ini aku tak membantu ibu dulu. Aku ingin datang ke mesjid untuk ikut kuliah subuh hari pertama. Mendengarkan ceramah lalu setelahnya main sepak bola sampai pagi menjelang siang. Entah kenapa main sepak bola saat puasa tak membuatku merasa haus atau capek sedikit pun, malah aku merasa senang dan lebih lincah dari biasanya.

Dari jauh aku lihat bapak keluar rumah sambil membawa cangkul "Si bapak mau kemana itu?" Tanyaku pada Arsyad yang berjalan di belakangku.

"Ke sawah kayanya"

Aku berlari menghampiri bapak "Mau kemana pak?"

"Dines" Jawab bapak lurus.

"Emang dah di bolehin lagi sama pak haji?" Tanyaku, kami mengobrol sambil berjalan.

"Ya boleh atuh makanya bapak mau ke sawah juga, kenapa mau ikut?"

"Engga ah" Balasku.

"Ya terus kenapa atuh ngikutin bapak?"

"Eh iya kenapa juga ngikutin, ya udah ati ati pak" Aku langsung berbalik arah, kembali ke rumah.

Senang mendengarnya, ternyata bapak sudah di perbolehkan lagi bekerja di ladang Haji Maman. Jadi selama libur di proyek bapak tak menganggur, alhamdulillah.

Bagi bapak yang sudah terbiasa beraktivitas, diam di rumah saja membuat tangan dan kakinya gatal. Di rumah pun kalau sedang tak ada kerja, bapak mengganti peran ibu. Menyapu, mengepel, mencuci baju, mencuci piring, bahkan masak.

Masakan bapak memang lumayan enak, tapi sayangnya bapak terlalu terobsesi dengan terasi. Katanya tak enak kalau makanan tak pakai terasi, makanya ibu setiap hari membuat sambal terasi. Masak telur dadar pun bapak selalu pakai terasi, mending kalau sambal, ini telur dadar gustavvv, bayangkan rasanya.

Menunggu waktu siang aku bersantai di pohon jambu seperti biasa. Aku coba mengirim pesan pada Dinar. Sambil menunggu balasan darinya aku mengambil jambu setengah matang di atas kepalaku.

"Astagfirullah aa!!!" Teriak Nisa dari bawah pohon.

Aku yang sedang asik menggerogoti jambu kaget mendengar teriakan dia "Apa?" Ucapku sambil membuang kulit jambu itu dari mulut.

"Aa ga puasa?!" Teriak adiku lagi membuatku terbelalak.

Aku ternganga mendengar teriaknya, demi apapun aku lupa kalau sekarang aku sedang berpuasa "Astagfirullah iya!, cuihhhh cuihhh" Aku langsung memuntahkan jambu di mulutku dan membuangnya dari tangan.

"Ah sengaja ya itu mah, astagfirullah ngegodin jam segini" Ucap Nisa meledeku.

"Siapa juga yang godin?!" Balasku sambil melempar jambu kecil ke arahnya.

"Bilangin ah ke ibu kalo aa ga puasa" Dia terus meledeku.

Terlalu asyik main ponsel membuatku lupa segalanya. Sialan barang buatan negara kapitalis ini.

Aksa: Eh tadi saya lupa whahahahaha

Dinar: Lupa apa?

Aksa: Saya lupa tadi malah makan jambu hahaha.

Aa JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang