Puisiku hanya aksara,
Tanpa rasa, tak perlu kau olah logika.
Tak bermakna, tak akan kuasa memeluk semesta.
Itu kata mereka, yang tak mengerti makna kata.Puisiku adalah nyawa,
Tempatku singgah sejenak, dari berkelana.
Botol - botol yang menampung air mata,
Pembuangan, dari rasa yang memberi luka.Aku tak mengemis hatimu untuk mengerti,
Tak memohon agar setiap aksara yang kutoreh kau pahami.
Kita tak hidup dengan kepala yang sama,
Maknaku dan makna mu berbeda,
Tak ada yang benar, ataupun salah.
Kamu dengan rasa dan logikamu,
Aku dengan rasa dan aksaraku.Lagipula aku hanya sedang bercengkerama,
Dengan aksara - aksara, temanku sejak lama.
Bukannya tengah bersyair,
atau menyuguhkan padamu kata penuh estetika.Pengasingan,
16 April 2020, 7.00 Am