Seminggu kemudian..
Jam masih menunjukkan angka lima namun Fatimah sudah bersiap untuk pergi ke sekolah. Sebuah papan nama bertulisan biodata dirinya yang terbentuk dari kardus menggantung bak kalung, topi purun khas orang Banjar, tas dari karung beras bertengker di bahu dan yang terakhir sepatu dan kaos kaki yang berbeda warna terpasang dikakinya.
"Ciyee yang udah SMA."
Gadis itu mendengus ketika sisulung muncul dari balik pintu kamar.
"Biar kak Yusuf yang anterin kamu, liat tuh hari nya mau hujan." Sang bunda terlihat sangat khawatir membiarkan si bungsu berangkat sekolah sendirian.
"Gak perlu bun, masa udah SMA masih dianterin. Aku mau belajar mandiri."
Kakaknya menoyor kepala adiknya, "Halah sok mandiri."
Gadis itu melotot, "lihat bun.. kak Yusuf kasar."
"Katanya mandiri, tapi kok ngadu ke bunda." Ejek si sulung, lalu berlalu mengambil kunci mobil yang terletak diatas meja didekat vas bunga.
"Buruan sana berangkat, tuh Kak Yusuf sudah siap."
Gadis itu hanya menghembuskan napas pasrah. Baiklah, kali ini dia yang kalah.
"Fatimah pergi dulu, assalamu'alaikum," Fatimah mencium pipi dan punggung tangan bundanya dan disusul kak Yusuf.
Mereka berjalan menuju pintu depan, Kak Yusuf berjalan lebih dahulu dan diiringi Fatimah dibelakang. Anak itu masih kesal dengan Kakaknya.
Kak Yusuf berhenti berjalan, dan menengok adiknya dibelakang. Tidak biasanya adiknya itu berjalan dibelakangnya. Biasanya si bungsu ketika diantarkan sekolah-- ketika SMP -- selalu berjalan disamping kakaknya dan berjalan menuju pintu, bahkan biasanya dia merangkul pinggang kakaknya dan dirangkul balik pundaknya. Sibling goals banget.
"Tumben ngekor dibelakang kayak binatang ternak ayam aja." Cerocos Kak Yusuf.
"Tau ah gelap,"
"Wahh ngambek toh rupanya."
Fatimah memutar bola matinya, "habisnya kak Yusuf ngeyel nganterin, padahal kan aku pengen naik angkot aja."
"Kamu itu baru kelas 10, masih piyik mana mungkin kakak biarin."
"Hehh umur aku udah 16 tahun ya." Balas Fatimah marah.
Kak Yusuf mengusap sayang kepala adiknya, "Yodah yodah, kakak yang salah dah. Lagian harusnya kamu itu seneng ada manusia seganteng ini yang mau nganterin sekolah, eh malah marah. Nanti juga kalo kakak udah nikah kamu berangkat sendiri."
Ada rasa haru dan bahagia melihat perlakuan kakaknya kepadanya. Gadis itu sangat beruntung mempunyai kakak seperti Kak Yusuf. Dia tidak bisa membayangkan apabila kakaknya itu nikah, secara dia hidup selalu bergantung kepada kakaknya. Baiklah.. sepertinya dia harus mengurangi sifat manja dan suka 'ngambekan' nya itu.
Mengabaikan masalah yang ada, anak itu tersenyum sangat indah kepada kakaknya. Mencoba mengabaikan masalah sepele seperti ini.
"Kuy berangkat." Ucap gadis itu sambil menggandeng lengan kakaknya.
-----o0o-----
Akan seperti apa hari pertamanya disekolah?
Apakah dia akan mendapatkan sahabat-sahabat yang baik seperti di SMP?
Dan banyak pertanyaan lainnya yang melintas dipikiran Fatimah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Cahaya
Novela Juvenil"Sesuatu yang tampak baik belum tentu baik, dan sesuatu yang terlihat buruk belum tentu buruk." -Fatimah Adinda Safitri. "Aku membutuhkanmu untuk meraih cahaya itu walaupun hanya setitik, maka bantulah aku." - Luqaf Pramudya. . . Aku mengunggapkan p...