8

40 6 2
                                    


"Kemana?! Gue ikut!"

Dua gadis cantik itu menoleh bersamaan ketika mendengar bias suara lain. Disana, Andre berdiri menyahut pembicaraan mereka. Dan dibelakang Andre, ada seorang laki-laki yang sedang bersender pada sisi meja sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Matanya hanya menatap kedepan, tidak ada sama sekali niat untuk melirik mereka. Laki-laki itu Luqaf.

"Apanya?" Tanya Kayla, menatap Andre dengan heran.

"Itu yang Fatimah bilang tadih."

"Belajar sepeda?" Kali ini Fatimah bertanya untuk memastikan kalimat Andre yang kurang jelas.

Andre mengangguk senang.

"Atas dasar apa lo mau ikut?" Kayla mengajukan pertanyaan lagi, kali ini lebih mendalam hingga membuat Andre bungkam.

"Yya.. gakpapa, pengen ikut aja." Cicitnya.

"Tuh kan lo suka sama gue!" Kayla berseru.

Andre tercengang. Laki-laki itu meneguk ludah ketika gadis itu menyimpulkan perasaanya. Namun Andre memilih bungkam.

"Dari kemarin suka mulu, gak bosan apa kepedeannya?" Andre bertanya.

Kayla mendengus.

Fatimah hanya memerhatikan perdebatan kecil mereka. Lantas tertawa kecil, tidak paham dengan dua anak dihadapannya ini. Dia tahu betul perasaan Andre, tertampang jelas sekali dari raut wajahnya. Hanya saja Kayla yang kurang peka. Dasar tsundere.

Fatimah tidak sengaja melihat ke arah Luqaf yang juga sedang menatapnya. Gadis itu hanya mematung, menatap Luqaf. Tatapan mereka beradu, hingga membuat Fatimah sadar ini tidak baik. Dia segera ber istighfar dan menundukkan pandangannya.

Ini kali kedua dia menatap laki-laki itu. Sejak kejadian di kantin yang lalu, dia tidak pernah lagi saling beradu pandang dengan anak itu. Dia juga menganggap anak itu seperti tidak ingin bertemu dengannya. Entahlah dia tidak mau ambil pusing memikirkan laki-laki itu, buat apa juga coba? Cuman gara-gara dia membelikan es cendol waktu itu membuat dia berharap kalau Luqaf menyukainya? Fatimah ingin tertawa rasanya.

"Ikut aja gakpapa kok, hari minggu sepertinya." kalimat Fatimah membuat Andre menoleh cepat ke arahnya.

"Beneran? Sip! Qaf, lo harus ikut juga" Andre bersuara menatap sahabatnya.

Luqaf mendecih, "gue sibuk." Kemudian dia berlalu dari hadapan orang-orang yang sibuk membicarakan rencana yang tak masuk akal begitu. Dia sudah pusing berhadapan dengan sahabatnya yang sok akrab begini.

Iya, Luqaf tahu Andre menyukai Kayla meskipun sahabatnya itu tidak bercerita dengannya. Tapi kan coba bayangkan mereka baru dua hari bersekolah dan saling mengenal, dan sahabatnya dari SMP itu sudah menyukai gadis? Mana yang disukai orangnya seperti itu lagi, ah sudahlah! Lebih baik dia tidur.

-----o0o-----

Ting nong..

"Assalamu'alaikum, permisi." Terlihat seorang perempuan tengah memencet bel rumah. Di lihat dari depan, rumah itu terkesan besar tapi sederhana, berwarna coklat yang berarti alami karena warnanya yang sama dengan tanah, kayu dan batu. Di hiasi berbagai tanaman hias yang tersusun dan bergantung didepan rumah, Fatimah menduga pemilik baru rumah ini sangat menyukai tanaman. Ini rumah Wildan dan keluarganya.

Lama tak ada yang menjawab, membuat Fatimah membuang napas. Niat awalnya kesini ingin memberikan titipan berupa brownies kukus dari bunda untuk Wildan dan keluarganya, tapi sang penerima tidak ada dirumah. Sekaligus dia juga ingin membicarakan tentang chat an mereka kemarin tentang sepeda.

Setitik CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang