Luqaf Pramudya, lahir di Banjarmasin 12 Januari 2003. Anak tunggal dari pasangan Wisnu Pramudya dan Ainun Astuti. Ayahnya seorang CEO dan ibunya seorang dokter kardiolog atau ahli jantung.
Anak itu memiliki tinggi badan yang lumayan tinggi yaitu 170 cm, badan yang tegap, rahang yang tegas, mata berwarna hitam pekat, dan kulit yang berwarna putih pucat.
Kalau sifatnya.. nanti kalian juga tau.
Luqaf yang sedang berlari mengelilingi lapangan menjadi pusat perhatian murid-murid. Mereka bingung, apa yang sedang terjadi? Kenapa murid baru itu berlari? Apakah dia sedang dihukum? Oh astaga padahal ini hari pertama.
Setelah menyelesaikan hukumannya, Luqaf terkapar kelelahan. Terdengar napasnya yang tidak beraturan, membuat laki-laki yang duduk dibangku itu menghembuskan napas pasrah.
"Nih minum." Laki-laki yang sedang duduk dibangku itu menyodorkan botol air dingin.
Itu Andre, teman lamanya. Mereka sudah berteman sejak duduk dibangku SMP. Dan sekarangpun mereka satu sekolah, satu kelas, bahkan duduk berdua.
Luqaf menoleh dan menyambut botol tersebut dengan senang hati, "thank you bro!"
"Lo sih sok-sok an membela diri, dihukum kan lo." Cibir Andre
"Serah gue lah." Balas Luqaf enteng.
Andre menoyor kepala sahabatnya itu dengan keras hingga membuat kepala Luqaf tersentak kedepan.
Luqaf memegang belakang kepalanya, dia tidak bercanda bahwa pukulan sahabatnya itu cukup keras. Dia melotot kearah Andre, "sakit anj*r." Umpatnya.
"Otak lo perlu diguncang dulu, biar bisi mikir." Ucapnya enteng.
Anak itu hanya memutar bola matanya malas.
"Lo gak berubah aja ternyata, cukup di SMP aja napa dikasih surat peringatan berkali-kali." Cerocos Andre membuka aib sobatnya itu ketika SMP.
Yang diajak bicara tidak menanggapi, hanya tertawa renyah. Dia tampak berpikir mengingat masa-masa SMP nya yang cukup bisa dibilang 'penuh masalah'. Tapi menurutnya, dia senang berlaku seperti itu. Masa SMP nya menjadi kenangan yang indah berkat dia berlaku sesuka hati.
Lagian tidak ada gunanya memperpanjang masalah, nasi sudah menjadi bubur, dan dia juga sudah menyelesaikan hukumannya. Tidak mungkin juga kan dia memohon-mohon kepada kakak yang menghukumnya itu untuk memaafkan kesalahannya.
"Kantin yok ah."
-----o0o-----
"Mang, cirengnya 3 ya."
Wanita cantik berkacamata itu terlihat sedang memesan makanan. Setelah memesan, Kayla menyusul Fatimah disalah satu meja.
Sekarang waktunya istirahat, setelah lamanya mereka berdiri selama upacara penyambutan. Mengingat kembali saat pak kepala sekolah menyampaikan peraturan sekolah ini, membuat mereka sakit kepala karena begitu banyak.
Ngomong-ngomong, mereka sekarang dikantin dan duduk dimeja ditengah.
"Kasian banget ya laki-laki tadih disuruh keliling lapangan." Fatimah membuka pembicaraan setelah Kayla kembali dari memesan makanan.
Gadis yang duduk dihadapannya itu memutar bola matanya dan mendengus, "ngapain dikasihanin coba, lawong salah dia sendiri. Siapa suruh tidur dikelas, dihari pertama sekolah lagi."
Fatimah yang sedang menyeruput teh es nya menoleh kepada Kayla. Benar juga, ngapain dia khawatir dengan laki-laki itu?
Apakah hanya karena laki-laki itu membantu mengembalikan nametag nya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Cahaya
Teen Fiction"Sesuatu yang tampak baik belum tentu baik, dan sesuatu yang terlihat buruk belum tentu buruk." -Fatimah Adinda Safitri. "Aku membutuhkanmu untuk meraih cahaya itu walaupun hanya setitik, maka bantulah aku." - Luqaf Pramudya. . . Aku mengunggapkan p...