Fatimah menatap penampilannya dicermin, disitu tertampang wajahnya yang cantik dengan seragam SMA berwarna putih abu-abu. Semua yang melekat di tubuhnya semuanya baru. Mulai hari ini dia dinyatakan sebagai murid dari SMA Bina Bakti.
"Dek udah siap belum, ingat hari senin nih jalanan pasti macet!" Seru Kak Yusuf dengan suara lumayan nyaring, nyaris teriak.
Gadis itu buru-buru bergegas menuruni anak tangga.
"Sarapan dulu dek," bunda membawa sepiring yang isinya roti kepada anaknya.
Fatimah melihat jam tangannya, "Sarapan disekolah aja bun aku, takut telat nih." Lantas mencium punggung tangan bundanya.
"Aku berangkat ya, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Kemudian anak itu berjalan menuju pintu, bunda masih menatap anak bungsunya hingga menghilang dari pandangan mata.
Bunda menggeleng-gelengkan kepala, tidak paham lagi dengan si bungsu, "Dasar anak itu."
Fatimah langsung masuk kedalam mobil yang sudah dipanaskan kakaknya.
"Kak Yusuf, ayo!" Teriaknya kepada kakaknya yang malah berdiri dekat pagar sambil berbincang-bincang dengan tetangganya.
Kak Yusuf hanya mengangkat tangannya, bermaksud menyuruh adiknya menunggu sebentar.
Fatimah dibuat kesal jadinya, dia mendumel. Tadih kakaknya nyuruh cepat-cepat turun dan sekarang malah kakak laki-lakinya itu yang ngaret waktu.
Dia takut telat, pasalnya 15 menit lagi masukan dan jarak yang ditempuh lumayan lama. Padahal hari ini hari pertamanya sekolah setelah sebelumnya mengikuti kegiatan MOS. Dan hari ini hari senin, mereka upacara!
Gadis itu membayangkan apabila dia terlambat dan dia dihukum, dihukumnya disuruh membersihi gudang, terus dia dapat point sanksi, setelah itu dia ...
Pikiran negatifnya terhenti ketika Kak Yusuf masuk kedalam mobil.
"Ngomongin apa sih sama Kak Dian? Lama!" Gadis itu mendengus.
Kak Dian tetangga mereka sekaligus teman kakaknya, dia seumuran dengan Kak Yusuf. Tidak jarang tetangganya itu pergi kerumahnya, dan masin PS bersama kakaknya.
Kak Yusuf hanya mencengir, lantas menghidupkan mesin dan menancapkan gas. Dia mengangkat tangannya untuk melihat jam tangan berwarna hitam itu. Sebentar lagi masukan, baiklah sepertinya dia harus mengebut.
"Itu, Dian bilang kita bentar lagi punya tetangga baru, karena pak Bambang sama bu Mayang mau pindah ke Bandung." Pandangan kakaknya pokus kedepan sambil menjelaskan pertanyaan dari adiknya.
Perasaan kesal Fatimah hilang seketika, ketika mendengar mereka akan mempunyai tetangga baru. Dasar labil!
"Wihh tetangga baru nih!" Antusias gadis itu menatap Kak Yusuf yang duduk disampingnya.
"Jangan ngarep! Anaknya cowo bukan cewe"
Ah iya, ngomong-ngomong gadis itu berharap semoga tetangganya mempunyai anak perempuan yang seumurannya, karena dikompleknya itu kebanyakan yang seumur dengannya laki-laki. Dia hanya ingin mencari teman dirumah.
Fatimah menekuk wajahnya murung, bibirnya yang tipis berwarna merah muda di lengkungkannya hingga membuat mukanya cemberut. Kak Yusuf yang melihat adiknya itu mendengus geli.
"Tenang masih ada orang ganteng," Kak Yusuf tertawa, membuat alis Fatimah berkerut, "nih orangnya." sambil menunjuk dirinya sendiri.
"G" -- Fatimah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Cahaya
Teen Fiction"Sesuatu yang tampak baik belum tentu baik, dan sesuatu yang terlihat buruk belum tentu buruk." -Fatimah Adinda Safitri. "Aku membutuhkanmu untuk meraih cahaya itu walaupun hanya setitik, maka bantulah aku." - Luqaf Pramudya. . . Aku mengunggapkan p...