Disarankan untuk usia 18+ wkwkwkwk
Perkataan Seungcheol minggu lalu tak main-main. Bahkan acaranya dimajukan menjadi lebih cepat dari dugaanku. Woah~ ini benar-benar membuatku tak percaya.
Lihat, saat ini gaun pengantin yang terlihat sangat anggun sudah membalut tubuhku dari beberapa jam yang lalu.
Jika boleh menggambarkan suasana saat ini, aku akan menjawab campur-campur.
Pertama, senang. Kenapa aku berkata demikian, karena wanita mana yang tidak ingin dipersunting laki-laki tersayangnya. Ya, tersayang, karena dengan aku naik ke pelaminan, itu pertanda aku sudah menyayanginya. Atau mungkin mencintainya. Kedua, sedih. Aku bersedih karena kedua pahlawan milikku tidak bisa menyaksikan anak satu-satunya ini melepas status single-nya. Appa dan Eomma tidak ada di sisiku pada saat suasana bahagia ini menyelimuti. Ketiga, menegangkan. Ah, sedari awal acara rasanya tubuhku tidak hentinya gemetar. Ini sangat menegangkan. Padahal acaranya sedikit lagi akan berakhir. Tapi, tetap saja diriku ini merasa tidak nyaman. Entahlah, aku juga bingung.
"Kau pasti sangat lelah. Bersih-bersih lah! Lalu istirahat." Wajahku sepertinya terlihat sangat melelahkan. Sampai Seungcheol merintahkanku dengan cepat. Padahal baru saja aku terduduk di pinggiran ranjang.
"Tolong bukakan resletingnya. Aku tidak bisa menggapainya."
Sesuai perintahku, Seungcheol dengan sigap menggapai resleting yang terletak di belakang punggungku. Sampai terdengar suara 'srrettt' itu pertanda sudah terbuka dan punggungku pun dapat terlihat jelas dengan penglihatannya.
Aku membukanya sampai tersisa pakaian dalam, lalu bergegas menuju kamar mandi untuk bersih-bersih.
Hari ini memang sangat melelahkan. Mataku rasanya ingin sekali dipejamkan lama-lama. Tubuhku sudah menuntutku ingin di baringkan "cepat sekali? Kau pakai sabun tidak mandinya?" Seungcheol meledekku rupanya?
Aku menghampirinya yang sedang duduk dipinggiran ranjang dengan handphone digenggamannya. Tubuhnya masih terbalut kemeja putih yang sedari tadi dipakai. Aku pikir dia sudah menggantinya.
Bathrobes masih setia membalut tubuhku, dengan rambut yang masih basah "Ah, kau sangat menyebalkan. Sini kalau kau tak percaya." Tubuhku langsung memeluk dirinya, agar wangi sabun ditubuhku dapat tercium dengan jelas, dan itu cara membuktikan bahwa aku benar-benar mandi.
"Wangi tidak? Ah, jangan bilang kau tidak ingin lepas dari pelukanku." Tangannya masih melingkar di pinggangku, lalu wajahnya mendongak dengan susah payah agar dapat melihat wajahku.
Dia tersenyum, fokus matanya hanya melihat wajahku "tidak wangi." Ish, menantang rupanya?
Dengan begitu, aku ingin melepaskan tangannya yang melingkar di pinggangku. Tapi belum sempat lepas, dia langsung merekatkannya lagi dengan cepat "ah, begitu saja merajuk. Kau wangi. Cantik jelita bagai putri kerajaan. Jangan tinggalkan aku ya, tetap disisiku sampai sang pencipta mengambil kita lagi. Aku berjanji akan selalu menjagamu Nara-a. Aku berjanji akan selalu melindungimu dari mara bahaya yang mendekati. Terimakasih telah memberikanku kesempatan dua kali. Terimakasih telah menerimaku lagi dikehidupanmu. Terimakasih untuk segalanya yang kau berikan kepadaku. Aku sangat mencintaimu. Sungguh."
Jariku bergerak kearah bagian rambutnya, lalu memainkannya dengan hati-hati secara berulang "tidak perlu berkata seperti itu. Ini sudah scenario sang pencipta yang telah dibuat untuk kita. Dan kita sebagai makhluknya, tugasnya hanya mengikuti arah scenario itu berjalan. Kita pernah dipisahkan, lalu disatukan lagi dalam keadaan yang lebih baik. Tuhan itu adil, selalu mengerti apa yang umatnya butuhkan. Pernikahan ini memang sudah yang kedua kali. Tapi, bukan berarti yang kedua itu akan lebih buruk. Justru sebaliknya, Sang pencipta menyatukan kita lagi untuk menjadi yang lebih baik. Masa lalu yang sudah terjadi itu pelajaran untuk kedepannya, dan jangan sampai terulang lagi. Cukup lima tahun yang lalu saja itu meretak, yang saat ini sampai kedepannya jangan. Oke?"
Kepalanya mengangguk, lalu senyumnya ditampakkan dengan licik seolah ingin menerkamku.
Baru saja diriku ingin melepaskannya, dalam hitungan tiga detik dia menarikku sampai terjatuh diatas ranjang. Ah, mau apa dia?
"Yak! Kau belum mandi, bau asam." Posisi kita sangat dekat dan saling berhadapan satu sama lain.
"Aku tidak mandi pun tetap wangi."
Aku tertawa, dan berhenti mendadak disaat ada yang menyentuh bibirku. Hanya sekilas memang, tapi itu membuat jantungku tidak terkondisikan.
Sungguh mengejutkan.
"Nara-a. Dulu, memang aku bukanlah laki-laki sungguhan. Aku pengecut. Tapi kali ini tidak. Malam ini juga, aku akan menandaimu bahwa kau hanya milikku. Seorang Choi Nara hanya milik laki-laki bernama Choi Seungcheol. Tidak boleh ada yang menyentuh apalagi mengambil alih. Kau milikku seorang, bukan yang lain. Dan aku pun bersiap untuk menjadi seorang ayah dari anak-anak kita."
Apa maksudnya? Woah~ dia benar-benar ingin menerkamku malam ini juga.
Perlahan tapi pasti, bibirnya melumat bibirku dengan lembut. Detik itu juga, keduanya bergejolak di atas ranjang yang sama. Aku terpaku oleh gerakannya, dan-tangannya begitu santai untuk merajai seluruh tubuhku.
Malam ini, adalah malam yang akan menjadi saksi bisu antara cintaku dan Seungcheol. Jika aku boleh request kepada Tuhan, aku ingin laki-laki ini selalu ada disisiku. Aku ingin Seungcheol yang menguatkanku disaat aku sedang dalam keadaan buruk. Aku ingin hanya Seungcheol. Bukan yang lain.
Kemeja putih yang dia kenakan dibuka dengan brutal. Semakin malam, suasananya semakin tidak beres. Seungcheol bahkan~woah apa yang dia lakukan? Dia sangat liar.
Baiklah Coups, akanku balas yang lebih liar daripada ini.
##########
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ENDING (Choi Seungcheol)✓✓✓
FanficDulu pernah satu atap, namun terpisah dan membuatku gelagap. . 25 Januari 2020