•°•°•°•°•°• 🎬 •°•°•°•°•°•
Tidak ada yang lebih baik selain melihat Ima tersenyum manis. Keadaannya sudah membaik. Tapi tetap saja, rasa cemasku tidak luntur sebelum dia menampakkan wajah cerianya.
Aku hanya akan membicarakan ini sekali ya. Beberapa hari setelah menikah, aku agak terkejut mengetahui Ima yang gigih dan ceria ini ternyata cukup manja. Tapi itu bukan sesuatu yang membebani karena dia bersikap seperti itu hanya padaku.
Hari itu, yang kutunggu adalah saat dia menunjukkan sikap manjanya. Aku masih harus menemaninya, tapi dia memintaku berangkat kerja. Tidak, sebenarnya dia sedang mengerjaiku.
"Suamiku yang berkelas harus profesional dalam banyak hal. Termasuk pekerjaan. Kau harus cari uang untuk mengobatiku," bujuknya. Lalu keluarlah dalih manjanya dengan meminta buah mangga madu.
Aku berusaha menahan reaksi untuk tidak gemas maupun kesal. Aku tahu Ima tidak gemar makan mangga. Dia hanya beralasan.
Astaga! Ini bukan musimnya. Aku sudah memasuki semua toko dan pasar buah yang kutahu, hingga mengemis kepada teman-teman yang barangkali punya pohon mangga—apa saja. Aku bingung harus cari kemana!
—Aqsha Abbasyi
KAMU SEDANG MEMBACA
It's A Secret for My Wife (On going)
Aktuelle LiteraturIt's A Secret for My Wife (Diary Version) Ini bukan sesuatu yang layak diperbicangkan sebenarnya, tapi aku menjelaskannya agar kalian tidak berprasangka buruk padaku. Meski aku tidak pandai mengungkapkan sesuatu. Ini akan jadi jawaban dari buku hari...