Mengulas masa lalu (bagian 6)
•°•°•°•°•°• 🎬 •°•°•°•°•°•
Aku tidak begitu ingat, tapi dia pasti tidak akan menceritakan bagian ini. Aku melamarnya bukan dengan cincin, tapi sebuah buku. Bahkan buku yang tidak sempat kuhias.
Waktu aku mengajaknya menepi dari keramaian para alumni, aku tidak sempat berpikir panjang. Aku beralasan mengembalikan sesuatu—buku harian, tapi kemudian wajahnya penuh kekhawatiran. Aku jadi tidak tega mengatakan hasil seleksi lamaran kerjanya. Dan akhirnya malah mengatakan sesuatu yang mungkin bisa disalahpahami. Aku mengulangnya berulangkali dengan banyak versi untuk dicerna, tapi bukan kalimat romantis. Sama sekali tidak, sampai dia-
"Maaf.. kalau aku agak sulit memahami ini, kau melamarku atau.. apa?" cekatnya bingung.
Saat itu aku menyesal membuat ekspresi malunya kentara sekali karena diriku yang tidak bisa menahan tawa. Kukira dia tidak paham.
Akupun berterus terang ingin menikahinya, dan menanyakan kapan bisa bertemu dengan orangtuanya.
—Aqsha Abbasyi
KAMU SEDANG MEMBACA
It's A Secret for My Wife (On going)
Ficción GeneralIt's A Secret for My Wife (Diary Version) Ini bukan sesuatu yang layak diperbicangkan sebenarnya, tapi aku menjelaskannya agar kalian tidak berprasangka buruk padaku. Meski aku tidak pandai mengungkapkan sesuatu. Ini akan jadi jawaban dari buku hari...