•°•°•°•°•°• 🎬 •°•°•°•°•°•
Aku tidak tahan untuk tidak mengusiknya. Sejak kemarin, yang Ima lakukan hanya meringkuk di kasur, lalu berpindah ke sofa, lalu ke ruang tengah. Aku memastikan apa dia lupa kalau sudah bersuami, dan apa aku juga harus mengambil alih tugasku sendiri?—hanya bergurau.
Biasanya, saat aku pulang dia akan langsung menyergap ranselku lalu menggiringku ke ruang tengah atau dapur. Atau memintaku segera mandi lalu makan di luar.
Aku sempat berpikir mungkin energinya belum pulih. Ternyata salah, aku melihat dua bungkus mi yang masih ada sisa, sebungkus roti sobek dan keju, kotak susu, kulit telur, kulit buah, toples selai, sereal, dan perangkat makan yang berantakan di dapur hingga ke-
Itu bagus, nafsu makannya sudah kembali, pikirku.
Saat aku berpindah ke kamar, keadaannya lebih parah. Cucian kering tidak juga beres, buku-buku bertebaran, dan kasur yang belum rapi.
Dia begini sejak pagi? Wah!
Maksudku.. ini bukan gejala orang trauma 'kan? Aku agak sangsi. Mungkin dia memang butuh perhatian lebih.
—Aqsha Abbasyi
KAMU SEDANG MEMBACA
It's A Secret for My Wife (On going)
General FictionIt's A Secret for My Wife (Diary Version) Ini bukan sesuatu yang layak diperbicangkan sebenarnya, tapi aku menjelaskannya agar kalian tidak berprasangka buruk padaku. Meski aku tidak pandai mengungkapkan sesuatu. Ini akan jadi jawaban dari buku hari...
