Bukan waktu yang salah,
Tapi hadirmulah yang salah.
Kalau sudah menyakiti,
Tolong jangan kembali._________________________________
Suasana riuh di kantin SMU PANCASILA siang ini tak terlihat seperti biasanya. Jika biasanya saat bel tanda istirahat berbunyi, para siswa PANCASILA akan memenuhi setiap sudut kantin maka berbeda untuk saat ini.
Hanya ada beberapa gelintir orang yang berlalu lalang di tempat pemuas rasa lapar dan haus itu. Entahlah, mungkin hal ini disebabkan karena para makhluk yang biasanya memadati area kantin sedang beralih ke refrensi baru, melihat Aluna si murid baru yang sialnya mencuri banyak perhatian.
"Sori Pan, kita bener-bener gak tau kalo disitu ada si cewek laknat itu." Ucap Galih minta maaf.
"Iya Pan, bener. Sumpah dah, kalo gue tau disitu ada si Luna gak deh gue bawa lo ke sana. Lagian gue bingung deh kok bisa gitu ya, si alien itu ada disini?!" Timpal Dikky.
"Bukan salah lo pada kok. Lagian gue juga udah tau kalo dia mau balik." Sahut Panca kemudian.
"Sumpah demi apa lo? Kok lo gak cerita sama kita sih?!" Ucap Dikky heboh.
"Ya, gue cuma tau kalo dia mau balik ke Indo, tapi gue beneran gak tau kalo dia juga mau pindah ke sekolah ini." Jelas Panca menegaskan.
"Terus gimana? Mau dibiarin aja atau mau minta bokap nyokap lo ngeluarin si alien itu?" Galih berujar.
"Iya Pan. Saran gue sih ya, lo bilang aja ke bokap nyokap lo kalo si cewek tengil itu balik lagi. Ini sekolah kan punya keluarga lo, jadi bebas dong kalo mau D.O-D.O anak orang." Saran Dikky.
"Hm. Takutnya kalo dibiarin tuh anak bakal buat hal-hal yang ngaco."
"Gak tau ah, pusing gue." Ucap Panca frustasi.
"Emang lo belum bisa lupain kejadin itu, Pan?"
"Iya, Pan. Itu kan udah dua tahun lalu." Dikky berujar.
"Gak semudah itu lupain suatu hal yang yang buat gue hampir kehilangan nyawa gue. Gue yakin kalian pasti ngerti maksud gue." Panca menjelaskan.
"Sori, Pan. Kita gak bermaksud." Galih meminta maaf.
Suasana kantin yang tadinya cukup sepi, kini berubah riuh. Setelah sosok itu memasuki area kantin. Dia Aluna, siswa baru pindahan dari London. Pesonanya mampu menyihir mata banyak laki-laki, bahkan mampu membuat para kaum hawa iri.
Gadis dengan rambut blonde cokelat sebahu, manik hazzel yang terkesan imut, serta senyum yang tak henti ia perlihatkan, membuatnya terlihat sempurna di mata banyak orang.
Dia mampu mencuri perhatian banyak orang dengan kecantikan yang ia miliki. Tapi tidak dengan Panca. Tidak ada binar terpesona yang tersorot di matanya. Hanya ada tatapan kekecewaan yang ia tujukan pada sang mantan kekasih, Aluna.
"Hai," Sapa Luna setelah sampai di meja yang ditempati Panca dan kawan-kawannya.
Panca hanya memandang malas, gadis tengil dihadapanya ini.
"Mau apa sih lo?" Bukan. Bukan Panca yang bersuara, tapi Dikky yang sudah geram dengan sosok wanita tengil yang sayangnya memiliki banyak penggemar ini.
"Santai dong. Gue gak ada masalah sama kalian kok. Gue kesini cuma mau ngomong sama Panca." Tutur Luna.
"Gue gak mau ngomong sama lo. Gak ada waktu." Santai Panca kemudian berlalu pergi meninggalkan area kantin.
"Satu lagi, anggep aja kita gak pernah kenal." Ujarnya lagi sebelum benar-benar berlalu pergi. Meninggalkan tatapan bingung dari para siswa Pancasila tang menyaksikan kejadian tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANCASILA
Roman pour AdolescentsMengenai Dia... Seseorang yang penuh dengan asa, Seseorang yang juga penuh dengan luka. Mengenai masalalunya... Dimana ia mengerti apa itu luka, Yang membuatnya kehilangan jati dirinya. Mengenai lukanya... Dia pernah terluka, Karena seseorang dimas...