10. Bibirnya Tak Lagi Polos

1.8K 100 0
                                    

Assalamu'alaikum..

Ada yang kangen Akbar-Syifa?
Yuk, kasi bintang dulu buat Akbar sama Syifa.

Happy reading.

*

Setelah sekian kali Syifa selalu menyesali pertemuannya dengan Akbar gara-gara bedebum aneh di jantungnya yang laki-laki itu cipta. Kali ini, untuk pertama kalinya Syifa bersyukur akan kehadiran Akbar.

Akbar ... Kenapa sih dengan makhluk berjakun satu itu? Syifa yang selalu menjunjung logika dan ego diatas segalanya tiba-tiba kalah begitu saja dengan hati. Patut digaris bawahi, hanya dengan Akbar. Hatinya menguasai.

Syifa tak ingin menyalahkan takdir yang kerap kali mempertemukan mereka di saat-saat tak terduga. Pun dengan hatinya yang sudah tertutup rapat dan berlapis baja dengan keamanan tinggi ternyata tak sekuat yang ia kira.

Ditambah lagi dengan Tuhan yang nampaknya begitu gemar memberinya kejutan. Sehingga tanpa embel-embel ponsel atau teknologi, mereka seakan terhubung melalui benang tak kasat mata yang jauh lebih canggih dari buatan manusia. Ia bisa saja berganti nomor telepon atau memblokir nomor yang tak diinginkan jika penghubungnya adalah teknologi. Tapi benang itu jauh diluar kuasanya. Egonya jelas menolak. Tapi hatinya suka.

Syifa yang menundukkan kepala bersama pikiran masih berkecamuk berjalan bak puteri Solo dengan tangan yang masih meremas bagian perut. Harus bersabar dengan langkah kecilnya, mengekor di belakang Akbar yang juga berjalan pelan.

Dan ajaibnya, eksistensi Akbar nyatanya mampu mengalihkan perhatian orang-orang yang berpapasan dengan mereka. Membuat Syifa seakan tak terlihat dibalik punggung lebar laki-laki itu.

Persetan dengan sesi foto. Setelah selesai urusan dengan jariknya, Syifa akan meninggalkan pesan kepada budhenya bahwa ia harus segera pulang dengan alasan sakit perut. Sakit perut karena belitan jarik yang terlalu kencang maksudnya. Sebab nanti ia akan mengikat jariknya kuat-kuat agar insiden naudzubillah seperti tadi tak terulang.

Dan napas Syifa yang beberapa waktu lalu terasa sesak dan tertahan berubah menjadi helaan lega begitu pintu toilet wanita sudah mulai nampak. Dan rasa Syukurnya bertambah mengingat jika tak memiliki pemandu arah. Akbar. Ia akan benar-benar memutari gedung dengan jarik melorot, lantaran letaknya yang begitu tersembunyi. di samping musholla belakang aula.

Membingungkan, bukan? Syifa tak berlebihan saat ia kebingungan lantaran tak mendapati toilet di ujung lorong seperti kebanyakan gedung.

"Ah .. " pekik Syifa spontan saat dirasakan kain jariknya makin tak sabar ingin jatuh.

"Kenap--"

"Jangan lihat!" Cegah Syifa cepat saat Akbar yang berjalan di depannya berhenti dan hendak memutar badan karena mendengar pekikannya yang lumayan nyaring.

Kembali memunggungi Syifa guna memberi waktu kepada gadis itu untuk membenahi cengkeramannya pada kain jarik yang terlihat begitu menyusahkan. Akbar menahan senyuman geli saat tak sengaja menangkap rona merah di pipi Syifa yang ia yakini bukan berasal dari blush yang biasa digunakan kaum hawa. Sebab sebelumnya pipi gadis itu tak semerah tadi.

Dan rona merah itu, Akbar menyukainya. Membuat Syifa yang biasanya bersikap dingin dan tak tersentuh, terlihat lebih manusiawi.

*

Akbar menyandarkan punggungnya di dinding lorong. Setelah Syifa memasuki toilet yang diperuntukkan khusus kaumnya sekitar lima menit yang lalu, ia tetap di sana. Menunggu di luar.

Kita Nikah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang