✎ Chapter 9

8 1 0
                                    


Wulan dan putri sedang mengikuti pelatihan pmr, mereka menonton pertandingan bola basket di pinggir lapangan dan berjaga jaga jika ada yang cedera, sesederhana itu tugas mereka.

Sementara di sudut lain nadien ikut bergabung dengan tim tukang teriak, emh maksudku tim cherleaders. Nadien terlihat bersinar disana, setiap gerakan dan teriakanya membuat semua mata terkagum menatapnya, ia memang terlahir menjadi bintang.

Sorakan terdengar bergemuruh saat alvan berhasil memasukkan bola ke ring lawan, alvan ricky dan anggota dewan lain sedang bertanding melawan irham dan kawan kawanya yang merupakan anggota osis, ini pertandingan sengit. Pertandingan tersisa lima menit dan skor dipimpin oleh anggota dewan, selisih satu poin.

Putri tak terlalu fokus dengan pertandingan, ia fokus memperhatikan alvan meskipun alvan tak pernah balik menatapnya, sesekali putri juga memperhatikan ricky namun saat ricky balik menatapnya putri justru memalingkan wajahnya

Peluit ditiup oleh wasit tanda pertandingan berakhir, pertandingan dimenangkan oleh alvan dan timnya. Mereka pun melakukan selebrasi ditengah lapangan membuat semua penonton bersorak, apalagi kaum hawa

"Kalian cuma beruntung" kata irham sambil berjalan melewati alvan dan timnya

"Kalo pecundang kalah emang suka gitu ya gak?" kata alvan yang disahuti sorakan oleh teman temannya

"Pulang sekolah, Gue tunggu lo dilapangan belakang" kata irham sambil berbalik dan berdiri dihadapan alvan

"Ngapain nunggu pulang sekolah? sekarang juga gue ladenin" kata raka, teman alvan

"Lo gimana sih Ka, sekarang kan ada guru. Lo lupa mereka pecundang? gak berani di depan, beraninya cuma dibelakang" kata alvan disusul dengan tawa teman temanya

"Bilang apa lo barusan?" kata irham sambil mencengkeram kerah baju alvan, suasana pun mulai hening karena situasi yang memanas

"Budek lo?" kata alvan sambil menyentak tangan irham dari bajunya, namun emosi irham sudah memuncak sehingga ia kembali mencengkeram kerah baju alvan, alvan pun membalas mencengkeram kerah baju irham

"Udah woy udah, kayak bocah aja sih lo berdua" kata ricky sambil berusaha memisahkan alvan dan irham, Namun sama sekali tak mempan. Irham yang sudah terlanjur emosi pun justru memukul ricky hingga membuatnya tersungkur

"Brengsek!" desis alvan sambil melayangkan pukulanya pada irham, namun gerakanya terhenti saat wasit mencekal tanganya

"Jangan berantem di sekolah, lebih baik kalian bubar sebelum saya panggil guru bk" kata wasit itu kemudian melenggang pergi diikuti dengan ilham dibelakangnya

"Brengsek tuh wasit! waktu irham mukul ricky gak di cegah, giliran gue mau bales malah di larang, dibayar berapa sih lo" teriak alvan mencibir sang wasit, mungkin wasit itu juga mendengar namun tetap tak acuh. Sedangkan irham menoleh kearah alvan dan tersenyum licik, namun alvan tak lagi memperdulikanya, sudah biasa baginya

"Lo gak papa rick? itu bibir lo berdarah?" tanya alvan pada ricky

"Gak papa" kata ricky

Melihat bibir ricky berdarah putri pun berjalan masuk ke lapangan sambil membawa kotak p3k, nadien yang melihat ricky berdarah pun langsung berlari menuju ke lapangan

"Kak ky gak papa?" tanya nadien di hadapan ricky

"Gak papa kok dien" kata ricky sambil menyeka sudut bibirnya

"Sini kak biar aku obatin" kata nadien sambil mengambil kotak p3k dari tangan putri, ricky pun menurut dan mengikuti nadien ke pinggir lapangan

Putri hanya menjadi penonton dan masih terdiam di tengah lapangan, ia dapat melihat jelas bagaimana kekhawatiran dan perhatian nadien pada ricky, jika dibandingkan dengan nadien ia jelas kalah jauh

Between us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang