Teriknya matahari yang mulai menyengat, juga ocehan kepala sekolah yang belum juga berhenti membuat dengusan kecil keluar dari hampir setiap murid yang sedang berada dibarisan, khas upacara benderaTak terkecuali wulan yang terus mengoceh disamping putri namun sama sekali tak putri hiraukan. Perhatianya terfokus pada satu sosok, yang membuat putri memilih berada di barisan paling depan, hanya untuk melihat bagaimana wajah dingin itu menatap datar kedepan. Ya, alvan. Pria itu mendapat hukuman untuk berdiri ditengah lapangan, tepat disamping kepala sekolah. Dasi dan topi yang tidak dikenakan, menjadi alasan alvan mendapat hukuman bersama dengan murid melanggar lainya
Putri sama sekali tak mengalihkan matanya dari sosok dihadapanya tersebut, sinar matahari yang tepat menyorot kewajah alvan membuat beberapa bulir keringat mengalir di dahinya, sementara pandangan alvan tetap menyorot dingin, terlihat tegas dan berandal disaat bersamaan, putri sama sekali tak bisa berpaling.
Namun di detik selanjutnya membuat putri menahan nafas, ketika lensa hitam legam itu balik menatap putri, menatap dengan datar dan dingin membuat putri langsung menundukan kepalanya, ia sudah tertangkap basah memperhatikan alvan. Dengan takut takut, putri kembali menatap alvan, dan sialnya pria itu masih memperhatikanya membuat putri benar benar salah tingkah, harus apa ia sekarang? tatapan itu membuat putri ingin segera menghilang saat ini juga
"Sekian dari saya, kurang lebihnya saya mohon maaf yang sebesar besarnya, wassalamualaikum warakhmatullahi wabarakatuh" Salam tersebut menjadi akhir pidota panjang kepala sekolah tadi, dengan begitu barisan pun segera di bubarkan
Wulan langsung menarik putri menuju ke kelas mereka yang berada di lantai dua, putri pun hanya membiarkan dirinya ditarik oleh wulan memecah kerumunan yang sudah tak sabar lagi menduduknya bokong mereka
***
BRRAAAAK
Gebrakan meja yang keras menyapa ketika putri dan wulan memasuki kelas mereka
"Ngaku aja lo berengsek!" teriak naya setelah menggebrak meja nadien
Nadien pun berdiri dari duduknya dan menatap naya tajam
"Udah gue bilang gue gak ada apa apa sama jefri nay! kemarin gua gak sengaja doang ketemu dia!" kata nadien yang tak kalah emosinya
"Gak sengaja terus lo jalan bareng gitu!"
Melihat ketegangan itu putri dan wulan pun mendekat untuk melerai, sementara teman sekelas yang lain hanya diam menonton di bangkunya masing masing terlalu malas untuk melerai, ada tontonan gratis setelah lelah berdiri hampir satu jam, siapa yang tidak suka?
"Udah hei, gak usah berantem di bicarain aja baik baik" kata wulan saat berada disamping nadien
"LO DIEM" teriakan naya membuat wulan terdiam dan menatap naya tak suka
"Lo tuh berengsek dine, udah tau jefri punya gue, trus kenapa juga masih lo embat!" kata naya sambil mendorong pundak nadien
"Jefri tuh bukan pacar lo nay! berapa banyak pacar lo diluar sana! kalo lo aja bebas buat jalan sama cowok, kenapa juga lo ngelarang jefri" kata nadien sambil maju beberapa langkah mendekati naya
"Lo jaga omongan lo ya!"
"Semua disini juga tau seberapa murah nya lo! Dan gua sama sekali gak minat ngambil barang bekas lo! Cih, barang murah-"
PLAAK
Nadien memegangi pipinya yang memanas akibat tamparan Naya, sementara sorakan sorakan dari penonton dadakan pun mulai terdengar. Jefri yang sedari tadi diam pun langsung menghampiri naya, berusaha menenangkan gadis itu, bukanya tenang naya justru makin menjadi dan menjelek jelekan nadien, bahkan jefri pun menerima tamparan beberapa kali di pipinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Between us
Teen FictionTentang cinta, persahabatan, keluarga, dan penghianatan Putri, gadis lugu dan polos yang tidak ingin mendapat sorotan dalam hidupnya justru bertemu dan berteman dengan nadien, gadis yang sempurna dan selalu menjadi pusat perhatian Semua berjalan den...