✎ Chapter 4

15 3 1
                                    


Tepukan meriah meringi langkah putri dan nadine saat naik keatas panggung, mereka kemudian duduk pada kursi yang sudah disediakan

"Siap?" tanya nadine sambil menoleh kebelakang karena kursi putri berada dibelakangnya, putri pun mengangguk sebagai jawaban

Semua lampu mulai dimatikan dan lampu sorot dinyalakan, putri sedikit heran dan tak nyaman saat lampu hanya menyorot pada nadien, bagaimana dia bisa bermain gitar jika keadaan gelap? Namun putri tetap berusaha keras, ia berhasil memainkan gitar dengan bagus mengiringi suara merdu nadine

Semua orang yang menonton penampilan mereka ikut bernyanyi dan melambaikan tangan mereka, sambil menyerukan nama nadien, hanya nadien bukan putri. Dari tempat putri duduk saat ini, ia dapat melihat betapa sumringahnya nadine saat menyanyi, tak heran mereka semua bersorak untuk nadine, nadine tampak sangat cantik. Entah mengapa putri merasa menjadi bayangan, tak perduli seberapa bagusnya dia bermain gitar, yang akan di puji tetap suara merdu nadine

Hingga sampai lagu berakhir berbarengan dengan petikan gitar putri yang juga selesai, semua penonton berdiri dan bertepuk tangan sambil menyorakan nama nadien, nadien tersenyum dan melambai kearah mereka, lalu putri pun langsung turun dari panggung. Bukanya putri iri atau apa, ia hanya merasa tak dianggap. Melihat putri turun dari panggung, nadine pun langsung menyusulnya

"Ini kak, Makasih" kata putri sambil memberikan gitar ke ricky

"Sorry ya put tadi lampu yang harusnya nyorot ke Lo gak nyala" kata ricky dengan wajah bersalah

"Loh tadi gak nyala? kok bisa?" tanya nadine sambil berdiri disamping putri

"Lo gak sadar? lo terlalu enjoy sama penampilan lo sih" kata kak ricky sambil terkekeh membuat nadine menggaruk tengkuknya yang tak gatal

"Tapi cara lo main gitar tadi bagus banget put, congrats ya" kata ricky sambil tersenyum manis pada putri, putri pun balas tersenyum padanya, ia lega masih ada juga yang menganggapnya

"Iya kak makasih, kita balik dulu" kata putri sambil menarik tangan nadine kembali ke tempat mereka, menikmati penampilan selanjutnya

"Kalian keren bangeet!" puji wulan saat nadine dan putri berjalan kearahnya, nafas putri tercekat saat melihat orang yang duduk disamping wulan, orang yang pernah mengisi hatinya dahulu, orang yang membuatnya merasakan cinta sebelah pihak

"Eh dine kenalin, ini rafif pacar gue" kata wulan memperkenalkan orang yang duduk disampingnya pada nadine, putri kemudian duduk disamping wulan dan nadine disamping putri

"Ciee wulan punya pacar" goda nadine membuat pipi wulan memerah

Ya, memang. Putri menyukai pacar sahabatnya, tapi sebenarnya tidak. Putri sudah menyukai rafif sebelum dia menjadi pacar wulan, awalnya memang sakit melihat orang yang dia cinta menjadi milik sahabatnya sendiri, tapi seiring berjalanya waktu ia mulai terbiasa dan mulai melepas rasanya. Toh, mereka juga bahagia, putri tak ingin menjadi duri dalam hubungan mereka, dan dia tetap menyembunyikan perasaanya, bahkan sampai saat ini tidak ada yang tau bahwa putri pernah menyukai rafif, hanya putri dan tuhan yang tau, eh sama kalian juga sih yang baca cerita ini. Putri memang sangat tertutup tentang perasaan, ia tidak akan pernah menceritakan masalah hatinya kecuali jika ditanya

"Habis ini kegiatanya apa lagi?" tanya nadine memecah lamunan putri

"Jelajah malam" jawab putri singkat

"Duh, gue takut banget nih aja sekarang udah merinding" kata wulan sambil menunjukan bulu tanganya yang berdiri

"Sok sok an takut kamu, yang ada itu setan takut sama kamu" kata rafif sambil mencubit pipi wulan

Between us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang