✎ Chapter 8

11 1 0
                                        


Putri's pov

Aku membaca novel di ruang tamu, sambil berkumpul dengan keluargaku. Kedua adikku yang sedang bermain mobil mobilan, dan orang tua ku sedang mengobrol entah membicarakan apa. Hujan diluar begitu deras dan keluargaku selalu berkumpul jika hujan begini, agar dinginya hujan diluar tergantikan oleh kehangatan keluarga

"Bian ayo belajar" kataku sambil menutup novelku dan mengambilkan buku bian

"Gak mau, aku mau main sama razzan dulu" Kata bian tak menghiraukan ku

"Ayo bian, belajar sama kakak" kata ibu

"Beliin bakso pak rakhmat dulu" kata bian membuat ku mendengus, pasti aku yang akan disuruh

"Kamu gak lihat diluar hujan?" kata ku tak santai, aku memang sering bersitegang dengan bian, adik laki laki memang menjengkelkan

"Apa gunanya payung?" kata bian yang mengundang tawa kedua orang tuanya, bocah ini emang minta dihujat

"Dasar bocil" cibir ku pelan sambil mengambil payung dan berjalan keluar rumah

"Dadaa dadaa" kata razzan sambil melambaikan tangannya, aku pun balas melambai pada adik bungsu ku itu, setiap tingkahnya selalu bisa membuat semua orang tersenyum

Aku terus menggerutu sambil berjalan kerumah pak rakhmat si penjual bakso, sebenarnya aku bisa saja menolak namun bian juga pasti akan menolak belajar, bocah itu memang menyebalkan.

aku menyebrang ke jalan raya, rumah pak rakhmat memang diseberang jalan. Aku pun memesan dua bungkus bakso dan menunggu di depan rumah pak rahmat. Sambil menatap air hujan yang berbondong bondong menetes, aku suka hujan tapi dia tak suka petir, Seperti kebanyakan orang.

"Pak permisi, bengkel paling deket dimana ya?" Aku mengalihkan pandanganku menatap pada seorang pemuda yang basah kuyup sambil menuntun montor ninjanya, sepertinya wajahnya familiar

"Masuk gang sana, mas" jawab pak rakhmat

"Kak ricky" aku menghampiri kak ricky dengan payungku

"Loh put, kok disini?" tanya kak ricky

"Rumah aku deket sini kak, ini montornya kenapa?" tanyaku

"Mogok nih" kata kak ricky sambil memyengir

"Neng putri, ini baksonya" kata pak rahmat sambil memberikan kresek berisi bungkusan bakso

"Iya pak makasih" kata ku

"Kak rick, ayo aku anter bengkelnya deket kok dari rumah" kataku sambil berdiri disamping kak ricky

"Makasih put" kata kak ricky lalu menuntun montornya dan berjalan disamping ku, aku pun sedikit mendekatkan tubuh ku pada kak ricky agar tubuh kami sama sama terpayungi

"Gak dimarahin orang tua lo nanti put?" tanya kak ricky sambil menoleh sekilas kearah ku

"Hah? enggak, ngapain dimarahin kan bagus nolongin orang" kata ku dengan senyum. Aku menatap wajah ricky sekilas, rambutnya yang basah dan jatuh dikening membuatnya terlihat jauh lebih tampan. Entahlah, semua pria memang terlihat lebih tampan saat rambutnya basah. Oh apa yang aku lakuin? kenapa aku jadi merhatiin kak ricky

Aku dan kak ricky terus berjalan menyusuri jalan yang cukup sepi, makin sepi ditambah dengan keheningan yang terjadi antara kami, Hanya rintik hujan yang mengenai payungku yang berbicara. Tak sengaja, bahu ku dan bahu kak ricky bersenggolan, menghantarkan getaran aneh hingga keperutku, aku pun menoleh padanya bersamaan dengan kak ricky yang juga menoleh padaku

"Eh, maaf put" kata ricky canggung sendiri

"Gak papa kok, kak" kata ku, walau nyatanya ritme jantungku jauh dari kata tidak apa apa

Between us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang