LALA LOST [END]

1⃣2⃣

[LALA LOST]
Chapt : 12
Bad Felling

Nam Tae mendengar suara gigi yang berglematuk, di dalam kamar. Dia sendiri, sedang berada di kediaman Jungkook. Seperti biasa, hidupnya nampak garing jika tidak bergentayangan mengganggu Jungkook.

"Berhentilah melakukan itu". Sungut Nam , merasa terganggu.

"pergilah!".

Nam tidak memperdulikan Jungkook kembali, jika dia masih melakukan itu. Dia pasti akan di tendang, atau mungkin di angkat dan di buang dari lantai tinggi gedung apartemen.

"Sepertinya, kau memang harus segera menikah, Jung...".

Jungkook mengerutkan dahinya, dia menggeleng seolah merasa temanya itu terlalu seenaknya.

"Aku bersungguh-sungguh! Aku melihat rekaman konser terakhirmu, aku rasa kau terlalu kaku, dan I can't fell it! ". Nam terdiam, menunggu reaksi Jungkook. "Aku bersungguh-sungguh! Kau setiap hari selalu kuwalahan menangani pekerjaan mu di kantor, hidupmu terlalu tegang Jung".

Nam Taehyung berdiri dari duduknya, dia berjalan menuju kamar itu. Dan menyender di daun pintu. "Kau harus segera jatuh cinta, atau ibumu akan mencari anak .. Untuk meneruskan perusahaannya".

"Kau sedang mengataiku,atau mengatai dirimu sendiri?".

"Hayolahhh... Aku selebriti, bintang Halyu! Aku punya banyak Fans, mereka selalu berteriak jika aku bersama perempuan... Ah rasanya, aku akan lajang seumur hidupku".

"Maka, ibumu akan mencari anak lagi.. Untuk menggantikanmu di KK". Balas Jungkook, membuat Nam menatapnya tajam.

"Biar ku kasih tau, aku adalah Most wanted 2020!".

"Benarkah? Aku tidak mengetahuinya".

Nam Tae berdecak, dia kembali berjalan dan duduk dikursi semula. "Ya terserahlah". Dia berpikir sejenak, kemudian melirik Jungkook. ".Bagaimana Jika,.. Aku menantangmu Jung".

"Aku tidak suka hal konyol!".

"Begitu? Baiklah, aku memutuskan untuk tidak melajang seumur hidupku".

Jungkook menggeleng kembali, tanda semakin tidak tertarik akan ke bawelan Nam.

"Kau tau Mbak-mbak pinggir kamarmu? Aku akan menikahinya".

Jungkook berdiri, hingga derit suara kursi memekakan ruangan itu. Nam Tae, melindungi dirinya dengan kedua tangan yang disilangkan.

Meraoalkan do'a-do'a, hanya itu yang bisa Nam Tae lakukan.

.
.
.

"Datanglah besok, ibu sudah aturkan jadwal mu untuk berkonsultasi besok". Seorang wanita paruh baya, dengan headset earpods nya. Dan kedua tangan, yang tidak lepas dengan cangkir tehnya. "Jika kau tidak datang, maka Ibu yang akan menyeretmu pergi".