15
•• •••Dunia tetap berjalan, sekalipun kamu sedang bersedih.
•• •••
Jihan menghela napas perlahan, jalanan begitu padatnya, klakson saling bersahutan, padahal lampu hijau baru saja menyala. Baru beberapa menit, lampu kembali merah, dan Jihan terjebak lampu merah lagi. Jakarta sore hari memang selalu membuatnya harus mempunyai tingkat kesabaran yang ekstra.
Pengendara bermotor menaikkan kakinya ke trotoar menyangga kaki mereka dan beristirahat sejenak, penjual makanan, minuman, dan lainnya berkeliling menawarkan dagangan mereka. Jihan memerhatikan sekitarnya, cuaca sore hari ini sama seperti tadi pagi, mendung disertai hujan gerimis.
"Daritadi hujan, apa jangan-jangan banjir, ya?" tanyanya dalam hati, "kayaknya belum masuk musim penghujan deh," ucapnya.
"Kamu ngomong sendiri?" tanya Zahra, Mama Jihan.
Jihan menggeleng pelan, "banjir gak, Ma?"
"Enggak kok, tadi pagi memang hujannya deras, tapi gak lama, terus hujan gerimis aja dari pagi sampe sekarang."
Jihan menganggukkan kepalanya paham, "tadi pas berangkat ke sekolah aku macet banget gak, Ma?"
"Enggak macet-macet banget, tadi Mama berangkat jam tiga,"
"Jam tiga? Mama kemana dulu?"
"Keliling sekitaran sekolah kamu, tadi Mama sampe sekolah kamu jam setengah empat," sebenarnya jarak dari sekolah ke rumah Jihan tidak begitu jauh, biasanya hanya sepuluh sampai lima belas menit saja menggunakan motor, dengan catatan jalanan tidak begitu macet. Dan tadi Mamanya menghabiskan waktu tiga puluh menit menggunakan mobil dan jalanan tidak terlalu macet seperti sekarang.
Jihan mengecek jam di handphone nya, hampir pukul setengah lima, "Mama setengah jam keliling gitu?"
"Enggak sih, tadi Mama makan bakso,"
"Gak ke warteg tempat biasa itu, Ma?'
Mamanya menggeleng, "tadi tutup, Han. Kamu udah makan?"
"Udah, Ma."
"Istirahat pertama atau kedua?"
Jihan mengingat-ingat, "sebelum masuk pelajaran pertama aku makan bubur, istirahat pertama gado-gado, istirahat kedua..."
"Istirahat kedua? Gak makan?"
Jihan menyengir, "enggak, Ma," ucapnya, "udah kenyang juga, jadi pas istirahat kedua gak ke kantin."
"Tiara juga gak ke kantin?"
"Enggak, Ma. Lampu hijau, Ma," ucapnya, lalu mobil mereka melaju meninggalkan lampu merah, menuju lampu merah berikutnya, dan kemacetan berikutnya.
Jihan menolehkan kepalanya ke kiri, memandang jalanan, orang-orang yang berlalu-lalang, lalu Jihan menyenderkan kepalanya dan memandang jalanan di hadapannya, "Tiara mau kemana ya?" tanyanya dalam hati, lalu berbagai pertanyaan muncul dipikirannya.
"Jihan." Ucap Mamanya yang membuat Jihan tersadar, "kamu bengong?"
"Sedikit,"
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KASIH KITA
Teen FictionPada rasa yang tak kunjung terbalas Pada cinta yang tak kunjung menghampiri Pada harapan yang terus pupus Pada kesunyian yang terus menggerogoti Mungkin akan ada satu hal yang membuat kita mengerti akan sesuatu. Bahwa semua yang kita mau tidak semua...