Part. 3 - Revenge to the Frog

28.4K 2.1K 80
                                    

Written by. AndienWintarii

Ayle melangkahkan kaki lebih percaya diri daripada biasanya. Kakinya yang jenjang melangkah anggun dengan suara heels yang syahdu, membuat setiap pasang mata memandangnya takjub. Tidak ada dress yang hampir menunjukkan bokongnya hari ini. Ayle memilih kemeja putih berlengan panjang tembus pandang yang memamerkan bra hitam miliknya dan rok span sebatas lutut membalut tubuh bagian bawahnya secara ketat. Ayle tidak lagi memilih warna merah untuk bibirnya, hari ini dia memilih warna yang lebih gelap untuk menampilkan kesan eksotis.


Mantanya menyipit ketika melangkah ke lantai tempat di mana ruangan Neil berada. Bukan tanpa alasan dia datang ke wilayah laki-laki cupu itu dengan senang hati. Ada hal yang harus Ayle urus demi kepentingan bosnya dan demi kepentingannya sendiri.

Neil belum membayar tagihan lipstik Chanel Rogue Coco yang dia beli secara online sampai batas waktu pembayaran berakhir. Jangan bertanya bagaimana murkanya Ayle saat Neil sama sekali tidak menghiraukan note yang disisipkannya di bagian terdepan berkas-berkas reimbursement yang dikembalikan pada laki-laki itu lagi.

Ayle menggelengkan kepala, enggan mengakui bahwa laki-laki itu memang cukup mahir dalam menyentuh perempuan. Hanya saja, Ayle tidak dapat membayangkan perempuan macam apa yang sudah bermain dengan Neil selama ini sedangkan karakter aslinya lebih mirip seperti kodok berbisa.

Siapa yang akan bercinta dengan si kodok? Perempuan mana yang sudih menghisap kemaluan si kodok? Ah, memangnya kodok punya penis?Apakah ada perempuan yang tahan dengan laki-laki seperti itu, apa dia memang benar-benar mahir didalam bercinta?

Pertanyaan demi pertanyaan bermunculan dalam benak Ayle. Jika membayangkan bagaimana penampilan Neil yang cupu dan tidak fashionable selalu membuat Ayle merinding, geli. Di sisi lain saat membayangkan bagaimana cara Neil menciumnya, menyentuhnya, mengatakan hal-hal yang kasar padanya, tiba-tiba saja celana dalam Ayle basah.

Haruskah Ayle mengakui bahwa permainan singkatnya kemarin di tangga darurat dengan Neil merupakan permainan yang cukup mengasyikan?

Ayle menghela napasnya, jengah. Sambil menggigit bibir, dia membulatkan tekad, hari ini dia perlu bertemu dengan Neil langsung untuk menyelesaikan pekerjaannya dan menyelesaikan dendam terselubung yang dia susun di dalam hati satu persatu, menunggu dengan sabar untuk dibalaskan.

Ayle sama sekali tidak peduli betapa dia menggegerkan seantero penghuni lantai ini karena penampilannya yang seksi. Ayle hanya perlu melangkah sedikit lagi untuk menemukan siluman kodok bernama Neil, tapi sebelum kaki Ayle melangkah lebih jauh, seseorang menghalau jalannya.

“Ada yang bisa dibantu?”

Mata Ayle melihat ujung kaki sampai kepala orang itu, kesimpulan pertama, Ayle belum pernah melihatnya. "Neil ada di ruangannya?”

Laki-laki itu gemulai saat menggerakkan satu tangan menuju pintu ruangan Neil sebagai portal bagi Ayle. “Ada, tapi Pak Ganteng lagi sibuk, enggak mau diganggu sama siapa-siapa,” ucapnya sambil tersenyum.

“Gue butuh ketemu dia, bos gue minta sesuatu yang urgent.”

Laki-laki kemayu itu menggeleng, sambil memainkan satu jarinya di depan wajah. “Eike udah bilang barusan, Pak Ganteng belum bisa diganggu, yey ngerti gak sih?”

Sungguh, Ayle sama sekali tidak mengerti kenapa laki-laki di depannya menyebutkan Neil ganteng, apa matanya katarak? Dan kenapa pula Neil punya karyawan yang sama anehnya seperti dirinya?

LAST MAN CALLING (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang