Written by. AndienWintarii
Ayle berlari terburu-buru ketika memasuki gedung kantornya. Hari ini dia bertugas merayu Neil untuk mendapatkan persetujuan dana tambahan dalam proyek baru yang sedang dikerjakan oleh Pak Renald. Meski Ayle tidak yakin benar apakah pesona kecantikannya yang dia coba pancarkan akan mampu meluluhkan hati siluman kodok itu.
Semua hal yang dia kenakan sudah pasti memenuhi standar kesopanan yang dijunjung tinggi Neil. Dia tidak ingin menampilkan sesuatu yang seksi ketika berharap mendapatkan perhatian dan kucuran dana tambahan dari laki-laki itu. Neil tidak akan terpengaruh akan pesonanya dalam balutan kebinalan yang sulit ditolak laki-laki lain. Ayle pernah berpikir untuk bersikap lembut sesekali pada laki-laki itu layaknya seorang perawan, tapi nyatanya setiap kali dia mencoba, Neil selalu berhasil menghancurkan usahanya.
Ayle berhenti sejenak ketika menyadari apa yang dia pikirkan. Perasaan? dia bertanya dalam hati, lalu menggelengkan kepala. Tidak, batinnya berbicara. Tidak ada perasaan yang boleh tercampur di dalam pekerjaan. Dia harus bersikap seprofesional mungkin di dalam kantor atau di luar kantor. Walau Neil memiliki segalanya yang dia inginkan, tetap saja, Neil adalah siluman kodok.
Bagaimana tentang tangan berotot laki-laki itu? Aroma parfumnya yang maskulin? Suara tawanya yang riang? Cara dia menyentuhmu? Menciummu, menjilatmu, mengisapmu?
"Ya Tuhan, haruskah aku segera bertobat?" ucap Ayle dengan menatap langit-langit ketika pertanyaan-pertanyaan tidak senonoh itu muncul di dalam otaknya.
"Harus!"
Ayle terlonjak kaget, dia menengok untuk melihat ke arah sumber suara. Ada Romeo yang sedang meminum ice kopinya memakai sedotan sambil menatap Ayle tanpa rasa bersalah. Sedangkan Ayle mendengus kesal mendapati Romeo yang muncul secara tiba-tiba.
"Jadi you bakal minta tambahan dana sama Bos ganteng?"
"Kok lo tau?"
Romeo mengibas rambutnya yang pendek dengan mendramatisir. "Apa sih yang nggak diriku ketahui?" Satu telapak tangannya ditaruh di dada sebagai caranya membanggakan diri sendiri.
"Semua yang berhubungan dengan Bos ganteng gue pasti tau, termasuk." Romeo meneliti penampilan Ayle dari ujung rambut sampai ujung kakinya, lalu mendekati Ayle sambil mencondongkan badan. "Hubungan terlarang kalian," bisik Romeo.
"Hah?!"
"Hah, heh, hah, heh. Emang gue keong."
"Gila lo ya, jangan buat gosip yang enggak-enggak."
Satu jari Romeo bergerak di depan wajah Ayle. "Gosip adalah fakta yang tertunda, sister. Daripada you terus menyembunyikan fakta ituuuuhhh, lebih baik you mulai sekarang sadar diriiiiihhh, sebelum jatuuuhhh ke pelukan manjaaaaah Bos ganteng tanpa daya."
Kerutan di kening Ayle muncul berkali-kali lipat. Bukan hanya dia terkejut Romeo bisa tau mengenai hubungan rahasianya dengan Neil, tapi laki-laki setengah perempuan itu bahkan bertingkah seperti cacing kepanasan sebelum dia sadar betul bahwa citra diri yang sudah dibangun selama ini terancam runtuh jika semua orang di kantornya tau bahwa dia dan Neil memiliki hubungan.
Mereka berdua kembali mengambil langkah bersama. Ayle tidak mungkin menghindari Romeo jika dia ingin berhasil dalam misi ini. Pak Renald jelas sudah berharap besar padanya dan selama dia bekerja, Ayle tidak pernah sekali pun mengecewakan atasannya itu. Tetapi kali ini berbeda, Neil adalah target yang lebih sulit diraih bagi Ayle.
Hubungan mereka tidak pernah pada satu frekeuensi yang sama. Jika Neil bertingkah baik, Ayle merasa ada yang salah, tapi jika Neil bertingkah menyebalkan itu juga salah. Ayle tidak bisa tinggal diam jika dia hanya bergantung pada insting pribadinya. Meski mereka berbagi ranjang bersama, bukan berarti Neil akan luluh begitu saja, Ayle yakin akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST MAN CALLING (END)
RomanceWARNING : MATURE CONTENT 21+ In collaboration with Andien Wintari. ***** "Kalau ada yang nanya sama gue tentang apa yang membuat hidup ini berarti. Gue bakal jawab : Make up, baju branded, badan seksi, dan dipuja karena memiliki wajah cantik. But, w...