Sesampainya di sekolah, hokinya mereka tidak bertemu oleh Pak Andre, guru BP yg killernya sejagad Indonesia. Memang mereka sedikit terburu buru agar tidak terlambat, 5menit lagi gerbang akan ditutup dan mereka sudah sampai.
"Huhft, untung aja ga telat" kata Abun.
"Ga telat ga telat, kalo lu ga susah dibangunin udah dari tadi sampe tau" kata Angga.
"Udah ayo masuk, ribut mulu" ajak Glenn mempersudah keributan Abun dan Angga.
Mereka bertiga berjalan melewati kelas kelas junior, seperti biasa, teriakan kaum hawa yang mereka dengar setiap pagi.
"Yampun gantengnyaaa ah"
"Astaga jodoh orang ganteng amat"
"Anak sapa si lu elah"
"Gulanya berapa takar sih?"
"Bisa diabetes gua lama lama"
Ya itulah sarapan setiap pagi untuk mereka bertiga. Tapi mereka tidak begitu menghiraukan nya, karena mereka merasa dirinya biasanya saja, seperti orang lainnya.
Setelah sampai kelas, Abun langsung melempar tasnya sembarang, tidak peduli mengenai siapa.
"Ih apaan sih bun, naro tas yang bener, kena gua ni!" Marah Layla pada Abun.
"Dih lebay amat gitu doang" acuh Abun.
"Sakit bangke!" Umpat Layla.
"Wossh, santuy gausah ngegas, iye maap dh, hih" maaf Abun sambil senyum kocak nya.
"Pacar lu tu Dan, nyebelin banget" ledek Layla pada Dannia.
"Hah? Pacar? Ngarang" omel Dannia.
Sebenarnya memang mereka berdua saling suka, tetapi rasa gengsi yang menghalanginya. Abun menyukai Dannia sudah dari kelas 10, tapi ia belum berani mengungkapkannya. Gimana? Seorang fakboi seperti Abun belum berani buat ngungkapin?.