12.

10 2 0
                                    

Selesai acara Keenan dan Raisya langsung pulang diantar pak Anto. Selama perjalanan Raisya ketiduran, ia sangat lelah hari ini.

"Sayang, bangun. Udah nyampek" Raisya mengucek-ucek matanya.

"Lho ngapain disini" Tanya Raisya heran. Ini kan bukan rumahnya bukan juga rumah Keenan.

"Kita pindah ke apartemen sayang" jawab Keenan membantu Raisya turun.

"Tapi baju aku dirumah, Keenan"
Kata Raisya saat mereka sudah berada di dalam apartemen yang akan mereka tempati.

"Udah di pindahin semua tadi barang kamu kesini. Cek aja."

Nikah sama anak konglomerat mah beda. Duduk santai tinggal tunggu beres doang.

Selesai membersihkan diri Raisya langsung merebahkan diri diri di kasur empuk itu. Hari yang melelahkan.

Saat ingin memejamkan mata Keenan masuk.

"Kamu ngapain disini?" Raisya melihat Keenan yang melangkah kearahnya.

"Mau tidurlah." Lalu berbaring di siamping Raisya.

"Kan bisa di kamar sebelah." Raisya bangun untuk duduk.

"Lho kok kamu usir suami sendiri tidur terpisah, lagian kan udah sah. kamar sebelah ga ada kasur." Keenan sudah menduga hal ini akan terjadi makanya dia hanya menyiapkan satu kamar saja.

"Tidur di sofa aja sana" nyahut Raisya lagi.

"Badan aku pegel² loh yang, kamu ga kasian. Kamu tidur gih. Aku udah ngantuk ini."

"Tap..."

"Aku ga bakal macem² kok.udah ya sayang tidur." Keenan menarik badan Raisya untuk tidur kembali.

"Kamu mau tidur tanpa mandi dulu?" Tanya Raisya lagi.

"Udah tadi, di kamar mandi luar." Keenan lalu tidur.

Mata Raisya yang sudah sangat berat tidak memperpanjang perdebatan lagi. Ia pun mengalah lalu tidur di samping Keenan.

°°°

Pagi hari Raisya terbangun karna keselitan gerak. Ia melihat sebuah tangan kekar berdarat di perut tirusnya, entah sejak kapan Keenan memeluknya seperti ini.

"Keenan awasin dulu tangannya, aku mau bangun." Ujar Raisya

"Hm" masih tak bergerak Keenan malah memperat pelukannya.

"Keenan. Iih mau telat lho ini." Raisya menepuk tangan Keenan yang masih betah memeluknya.

"Mau kemana sayang?" Tanya Keenan yang belum membuka mata.

"Ke sekolah lah, mau kemana lagi."

"Oohh"

"Ngapain sekolah sih sya, kita kan masih libur sehari lagi"

"Udah habis masanya, awasin tangan kamu, aku mau bangun."

Selesai mandi Raisya melirik Keenan yang sama sekali tidak beranjak dari kasur, ia masih saja memejamkan matanya.

"Bangun dong Keenan." Raisya menggoyangkan tubuh Keenan.

"Hm, sayang gausah pigi aja hari ini ya. Aku masih ngantuk."

"Yaudah kalau kamu ga mau pergi. Aku suruh Felix jemput aja." Raisya mengambil hp nya untuk menghubungi Felix.

Mendengar nama siluman itu Keenan membelalakkan mata dan langsung bangun dari tidurnya lalu merebut benda yang ada di genggaman Raisya.

"Yaudah iya aku siap-siap dulu. Bentar, kamu tunggu aku. Jangan berani pergi sama cowok lain." Setelah berkata itu Keenan berlalu ke kamar mandi.

Keenan menyembulkan kepalanya dari pintu kamar mandi.
"Sayang siapin baju aku dong, biar cepet."

"Iya cepetan mandinya."

°°°

Sepasang pasangan menyusuri koridor menuju kelas dengan bergandengan tangan. Sebenarnya Keenan yang minta gandengan, Raisya sudah menolak tapi Keenan tetap saja menggenggam tangan istrinya itu.

Koridor sepi karena murid-murid sudah berada di kelasnya masing-masing sebab bel sudah berbunyi tiga menit yang lalu.

Tidak jauh dari Keenan dan Raisya, ada sepasang mata yang memeperhatikan keduanya.

"Ekheemm..
Baguuuss, gandengan aja terus di sekolah yaa"
Sontak keduanya melihat ke arah suara tersebut tapi tidak berniat melepas kan genggaman tangan.

"Eeh Bapak, apa kabar pak?" Tanya Raisya dengan muka yang di buat seimut mungkin.

"Kamu masih bisa liatkan saya berdiri tegar disini sekarang, berarti saya sehat.
Sejak kapan kalian boleh berpacaran di sekolah?" Tanya pak Fadli dengan mata melotot tapi ga seram sedikitpun. Dimana seramnya mata kecil gitu melotot sama aja tetap kecil.

"Kami ga pacaran kok pak" bela Keenan.
Memang benar kan mereka tidak berpacaran. Secara gitu udah sah.

"Ga usah bohong Keenan, ga pacaran dari mananya itu kenapa masih pegangan tangan. Kamu ya murid baru udah bandel. Jangan mau tuh sama Raisya pembuat onar bisa bandel kayak dia nanti kamu."

Keenan melihat kearah tangannya yang masih saling menggenggam lalu menyungging senyum tipis.

"Lho bapak kok jadi saya yang salah. Bukan salah saya dong pak kalau Keenan klepek- klepek sama aura kecantikan saya."

"Raisyaaaa bantah aja kamu kerjanya. Capek bapak, capeek ngurus siswa seperti kamu" geram pak Fadli.

"Lepaskan tangan kalian, gausah pakek gandengan segala. Kalau dilihat siswa lain bisa saja mereka meniru perbuatan kalian ini."

"Iya bapak. Jangan marah- marah dong pak ga bagus buat kesehatan" Keenan dan Raisya melepaskan genggamannya.

"Gara-gara kamu juga saya jadi naik tensi.
Yaudah masuk kelas sana, bel sudah berbunyi dari tadi."

"Siap pak." Keduanya lari menuju kelas. Saat mereka terlepas dari pengamatan pak Fadli, Keenan kembali menggenggam tangan Raisya.

Syabila tidak sengaja melihat ke arah jendela yang menampakkan Raisya sedang berlari diikuti Keenan heran.

"Eeh buset tu anak udah lupa letak kelasnya apa"

"Siapa bil?" Tanya Tasya yang mendengar ocehan bila.

"Tuh pengantin baru. Barusan lari saking kencangnya lewatin kelas."

"Amnesia kali semalam kejedot kepala kasur pas lagi ena-ena." Kata Tasya dengan pikiran mesumnya.

"Taik lo ya emang ada aja kalo untuk orang."
Keduanya pun tertawa.

"Syaa kelasnya udah lewat lho." Kata Keenan sambil mengikuti Raisya yang masih berlari yang masih bergandengan.

"Aku mau makan, laper. Kamu masuk aja dulu." Raisya menghentikan larinya begitupun Keenan.

"Sama aku juga laper yaudah yuk."

Kebiasaan yang tak bisa di ubah. Setiap pagi Raisya mesti absen ke kantin dulu kalau ga pasti Raisya akan mules.

Baru saja semalam Keenan bersama Raisya tapi virus nakal yang Raisya tularkan berkembang cepat ke dalam badan Keenan.

°°°

De AMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang