Part. 9

693 92 18
                                    

Jeno berjalan kearah Jaemin dan duduk di meja rias kamar mereka. Ia tersenyum lembut melihat wajah cantik Jaemin yang benar-benar... ia bahkan tak bisa menjabarkannya dengan kata-kata.

Almost perfect.

Jeno tidak sebodoh itu untuk membedakan mana yang cantik dan mana yang terlihat jelek. Jelas-jelas Jaemin itu sosok yang menarik dan sosok kakak yang sangat baik untuknya.

“Wahh, tangan Renjun hyung hebat. Nana hyung sangat sangat sangaaaattt cantik.”

Ia mengacungkan kedua jempolnya kedepan wajah Jaemin. Jaemin melirik Jeno kemudian menyeringai.

“Lebih cantik aku atau Renjun?” tanyanya ketus, dengan nada yang kesal dan menuntut.

Jeno terlihat bingung akan menjawab apa. Kedua kakaknya ini sangat cantik untuk ukuran seorang lelaki.

“Lebih cantik Nana? Jeno bingung. Hhehe.”

“Kalau lebih cantik aku, kenapa kau mencium Renjun?”

Kali ini Jeno benar-benar tidak mengerti arah tujuan perkataan Jaemin. Wajah manisnya terlihat marah dan kesal. Kalimatnya dingin namun ketus. Dan raut wajahnya terlihat sangat tidak bersahabat sekarang.

Salah bicara saja, mungkin Jaemin akan menghukumnya, itu pemikiran Jeno. Jeno membuka mulutnya ingin mengucapkan sesuatu namun hanya mengganjal di tenggorokannya.

Apa yang harus dikatakannya sekarang? Ia benar-benar tak mengerti.

Tak mendengar balasan apapun dari Jeno membuat Jaemin tampak geram. Ia menggebrak meja riasnya hingga peralatan make up diatasnya berguling dan yang lainnya jatuh ke lantai.

Ia berdiri dan menatap tajam manik Jeno. Jeno gelagapan.

H-Hyung... M-Maafkan aku.” cicitnya takut.

“Cium aku!” tuntut Jaemin.

Diameter mata Jeno melebar. Bibirnya terbuka seperti orang bodoh. Kelakuan Jeno itu membuat Jaemin ingin menangis saja.

Apa Jeno tidak mengerti maksud perkataannya?

Apa dia begitu idiot hingga ia tak menyadari kalau Jaemin membutuhkannya sekarang?

“Seharusnya kau memberiku ketenangan, bukan membuatku semakin kesal Jeno!”

Mata bulatnya berkaca-kaca, teringat akan pernikahan Hyunjin Jeongin yang akan segera berlangsung dan pandangan memuakkan antara Jeno Renjun tadi. Rasanya sesak dan menyakitkan.

Namun ia hanya bisa meremas dadanya menahan perasaan itu tanpa ada yang bisa benar-benar menyembuhkannya.

“...”

“Aku bilang cium aku, Jeno! Kau milikku, bukan Renjun lagi!”

Jaemin mencengkram kerah baju hingga anak itu ketakutan dibuatnya. Terus mengguncangnya dan mengatakan 'cium aku' berulang kali. Bukannya Jaemin ingin bersikap murahan.

Dia hanya merasa lelah dengan semua penolakan yang diterimanya. Hyunjin yang memberi harapan setinggi langit, ternyata menghempaskannya ke tanah dengan begitu mudahnya.

Jeno yang ia kira bodoh, idiot, justru lebih memilih dekat dengan Renjun dibandingkan dia. Jadi untuk apa kesempurnaan yang dia memiliki jika tak ada orang yang mau mencintainya? Ia hanya... ingin dicintai.

Sesulit itukah?

Mata sipit suaminya menatapnya sendu dan khawatir. Jeno merutuki dirinya yang tanpa sadar telah membuat Jaemin kembali menitikkan air mata yang dibencinya itu.

“...”

Dengan keyakinan yang belum seratus persen, Jeno menggerakkan tangannya ke wajah si mungil. Mengusapnya dengan lembut kemudian menangkup pipi Jaemin yang sedikit lebih tirus dari biasanya.

Keduanya terdiam.

Jaemin sibuk dengan isakannya sementara Jeno terdiam memandang kesedihan suaminya yang tanpa sadar membuatnya terluka.

Yang lebih tinggi menggerakkan kepalanya mendekat secara perlahan hingga bibir keduanya berhasil bersentuhan.

Mata keduanya terpaku, kaget dengan pergerakan itu namun urung mengakhirinya.

Lima detik dalam keterdiaman hingga Jaemin memilih memejamkan matanya dan mulai menggerakkan bibirnya lembut diatas bibir Jeno yang bergerak kaku.

First kiss mereka terasa canggung dan menggetarkan.

Jaemin meremas bahu Jeno,, sedangkan sebelah tangan Jeno tanpa sadar bergerak untuk mengelus belakang leher Jaemin.

Jantung keduanya berdetak dengan ritme berat dan cepat. Jaemin bahkan merasa kakinya meleleh seperti ice cream.

Entah suaminya dapat insting dari mana, Jaemin dapat merasakan rengkuhan Jeno dipinggangnya. Menariknya lebih dekat hingga dada keduanya menempel sempurna dan Jeno semakin memperdalam ciuman mereka dengan melibatkan lidah.

Frenchkiss.

Detakan abnormal yang seirama itu seperti tengah menyenandungkan lantunan kasih sekarang. Saling menyahut dan menyambut. Perasaan tulus keduanya menyatu dalam kehangatan ciuman yang lembut.

First kiss yang sempurna untuk dua orang lelaki yang bahkan belum menyadari perasaan masing-masing.

“Jeno... bagaimana ini mungkin.. ciuman ini...”

***

Seulgi menepuk kepala Jeno dengan sebuah komik remaja ditangannya. Jeno meringis saat merasakan benturan di kepalanya itu. Dia mendelik kearah sang psikiater dan disambut kekehan tanpa dosa.

Seulgi memegang tangan Jeno dan mendaratkan komikㅡyang tadinya ia pakai untuk memukul Jenoㅡdiatas tangan besar lelaki itu. Lelaki sipit itu menatapnya bingung dengan ekspresi khas anak-anaknya.

“Itu komik Jepang. Ada beberapa adegan romantis yang bisa kau pelajari darisana, Jeno.”

Jeno mulai membuka-buka komik itu ㅡtentu tanpa membacanyaㅡ dan mulutnya terlihat menganga kaget. Wajahnya berbinar setiap melihat adegan di dalamnya. Decakan kagum beberapa kali keluar dari mulutnya.

Seulgi menyeringai. Dia terlihat seperti fujo akut mesum yang memberikan komik yaoi 18+ pada Jeno yang jelas saja tidak begitu dimengerti oleh Jeno.

“Wow... ini hebat. Walau aku tidak begitu mengerti.” Jeno cemberut. “Bagaimana cara membaca komik ini?”

Well, bukan salah Jeno jika dia tak mengerti cara membaca komik. Komik dari Jepang itu harus dibaca dari belakang dan setiap scennya harus dibaca dengan terbalik.

Membaca buku dongeng saja Jeno kesusahan. Bagaimana caranya dia membaca komik dengan kolom-kolom percakapan itu? Sungguh itu membuat kepalanya pening seketika.

“Kau tidak perlu memahaminya, adikku sayang.”

Seulgi menyentil dahi Jeno.

“Cukup baca dari belakang dan ingat-ingat saja setiap adegannya. Lalu praktekkan pada Jaemin.” Wanita cantik itu tertawa iblis di dalam hatinya.

“Bukankah kau bilang ingin membuat Jaemin senang? Ya begitulah cara suami memperlakukan istrinya.”

Tatapan polos Jeno membuat Seulgi memutar bola matanya. Benar, Jeno itu terlalu lugu dan polos. Percuma juga ia menjelaskannya nanti.

“Sudah... lihat saja isinya. Jangan beritahu Jaemin kalau aku memberimu komik ya?”

“Siap, kapten!”

Tbc~

Pala gw pening.

Nc nya masih lama ya! 😠

Jughead SpouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang