Part. 25

761 94 4
                                    

Jaemin berhasil melewati masa kritisnya dan kini ia terbaring lemah di kamar rawatnya. Matanya belum mau terbuka sejak ia dipindahkan kemari.

Dokter bilang, Jaemin nyaris terkena hipotermia karena tenggelam pada air sungai yang suhunya sudah menyamai suhu air es. Lelaki mungil itu banyak kehilangan cairan tubuhnya sehingga wajahnya terlihat sangat pucat dan dingin.

Jeno disampingnya, dengan setia selalu menggenggam tangan Jaemin. Menautkan jemari lentik itu dengan miliknya, berusaha menyalurkan kehangatan yang ia punya.

Berharap dengan begitu, Jaemin akan merasa nyaman dalam alam bawah sadarnya.



Jeno sendiri sebenarnya dalam keadaan yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja.

Pelipisnya direkati perban dan tangan kanannya di gips. Ia mengalami pergeseran tulang karena terserempet tadi. Butuh seminggu untuk membuat lengannya pulih seperti semula, sehingga Jeno hanya bisa menggunakan tangan kirinya saja sekarang. Kedua kakinya bahkan masih perih ketika menginjak lantai, alhasil ia menggunakan sandal rumah yang lembut saat berjalan.

Tapi semua kesakitan itu terbayar dengan selamatnya nyawa Jaemin. Semua itu sudah lebih dari cukup untuknya.



“Jeno-ya, aku mendapat telepon dari Guanlin jika Renjun sudah siuman. Keluargamu akan segera kesana. Kau ingin tetap disini atau menjenguk Renjun dulu?”

Jeno hanya bergeming.

“Jika kau mengkhawatirkan Jaemin, paman dan bibi Na akan tidur disini, omong-omong. Mereka akan menjaganya.”

Jeno tak mengalihkan wajahnya yang sibuk mengamati sosok suami mungilnya. Seulgi mengernyit. Tidak biasanya Jeno mengabaikan masalah Renjun.

“Jeno? ㅡno?”


“Ya?” Seulgi tersenyum geli. Setelah empat kali panggilan, barulah lelaki itu menyadarinya. Dasar.

Sebegitu khawatirnyakah ia pada suaminya?

Padahal Jaemin jelas-jelas sedang tertidur nyenyak karena efek obat, namun wajah frustasi Jeno seperti Jaemin tengah merenggang nyawa saja. Dan itu terlihat lucu di mata wanita itu.

Noona mengatakan sesuatu?”


“Ck, kau ini.” Seulgi geleng-geleng. “Renjun sudah siuman.”

Wajah Jeno langsung berubah cerah mendengarnya. Ia sangat bersyukur Renjun sudah mau membuka matanya meskipun bukan ia yang akan dilihat lelaki itu untuk pertama kali.

“Kau ingin ikut menengoknya atau disini?”

Jeno terdiam. Ini pilihan yang sulit sebenarnya. Ia ingin sekali melihat keadaan kakaknya. Tetapi, Jaemin disini masih belum membuka matanya.

Bagaimana mungkin ia akan meninggalkan Jaemin begitu saja? Tidak. Dia sudah berjanji untuk tidak menjadi bodoh lagi.

Akhirnya, ia hanya menggeleng dan tersenyum kecil.

“Aku akan berada saja. Renjun hyung sudah berada di tangan yang tepat. Aku menjaga Jaemin.”

Senyuman Seulgi mengembang mendengar pernyataan Jeno. Jujur, hatinya juga ikut lega mendengarnya. Sepertinya Jeno telah membuat keputusan tepat kali ini.

“Besok Jaemin akan dipindahkan ke rumah sakit yang sama dengan Renjun hyung, jadi aku akan berangkat besok dan sekalian menengoknya.”



“Well, aku akan pulang sekarang. ” Seulgi pun menatap Jaemin dan mengusap surainya penuh sayang. “Cepat sembuh ya, adikku yang cantik. Noona merindukanmu.”

Jughead SpouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang