Part. 27

707 109 15
                                    

Maaf jarang update.

Ini sudah seminggu berlalu  Jaemin pun sudah sadar sejak 6 hari yang lalu. Ia mendengar kabar disaat ia telah membuka mata, kalau Renjun sudah sadar dari komanya namun masih harus di rawat di Rumah Sakit karena ia mengalami mati saraf di beberapa bagian tubuhnya.

Butuh sebulan perawatan di rumah sakit untuk memulihkan kondisinya. Dan disinilah dia, berbaring dengan pandangan kosong ke depan.


Menatap jendela rumah sakit –atau lebih tepatnya pemandangan yang sebenarnya minim terlihat. Tak ada orang lain selain dirinya dan sosok suaminya yang tengah memandang punggungnya sendu.

Sejak ia sadar, Jaemin menjadi sosok pendiam lalu menangis di waktu tertentu. Kadang ia mengeluh kepalanya sakit, namun tidak ada diagnosa yang membuktikan kalau ia terkena penyakit fisik.

Jaemin mengalami somatoform ㅡkelainan dimana ia merasakan sakit fisik padahal tidak ditemukan secara medis. Jaemin pun kadang mengamuk kalau Jeno nekat menyentuhnya. Seulgi berkata kalau lelaki mungil itu mengalami depresi berat.

Selama di rawat di rumah sakit ini pun ia sudah melakukan percobaan bunuh diri hingga berkali-kali. Menyebabkan goresan dan luka lebam di beberapa bagian tubuhnya. Sehingga ia harus dijaga setiap saat. Seperti sekarang ini.


“Jaemㅡ” Jeno bergumam lirih. “Maaf.” ucapnya penuh ketulusan. “Jika aku tau kesembuhanku hanya akan menyakitimu, aku tentu tidak akan pernah mau untuk menjadi normal.”

Jaemin masih bungkam, namun ia mendengarkan ucapan Jeno dengan jelas. Ucapan itu rasanya mengiris hatinya makin dalam, namun ia berusaha untuk tidak mendengarkan dan memilih untuk memejamkan matanya.

Semua permintaan maaf itu, hanya membuatnya teringat pada kenangan-kenangan pahit di masa lalu.

“Aku sudah berusaha mengingatmu, Jaem. Aku mohon beri aku kesempatan.”

“...”


Jeno menunduk sembari meremas kedua tangannya. Tanpa sadar air matanya menetes dan mengenai cincin pernikahan mereka.


“Jaemin, aku mohon...” Suara Jeno seolah meretakkan sebagian hatinya.

Jaemin tak tega mendengarnya, ia ingin memeluk Jeno seperti dulu. Namun rasa takut akan tersakiti lagi membuatnya enggan melakukannya. Lelaki sipit yang duduk di belakang Jaemin Itupun menyeka air matanya dan menatap Jaemin sesaat.

“Aku takkan menikahi Renjun atau meninggalkanmu, Jaem. Aku mohon biarkan aku bersamamu...”



“Ugghh.”

Jaemin meremas kepalanya yang tiba-tiba berdenyut sakit.

Lelaki manis itu kembali menangis kali ini dengan suara yang keras. Tentu saja itu mengejutkan Jeno. Melihat suami kecilnya yang menggeliat tak nyaman Jeno segera berdiri dan menekan tombol darurat.

“J-Jaem, bagian mana yang sakit?”


Somatoform itu kembali bekerja.


“Kenapa perawat sialan itu lama sekali? J-Jaem, tunggu disini. A-Aku akan memanggilkan dokter.”

Jeno langsung melesat pergi setelah itu. Jaemin menatap punggung Jeno yang menghilang dengan pandangan kosong.

Manik matanya yang tadinya memancarkan kesakitan kini berubah menggelap. Tangan mungilnya yang sebelumnya memegang kepalanya kini meraih bantal dan memeluknya. Ia nekat mencabut infusnya lalu bangkit berdiri dengan gerakan kaku.

Jughead SpouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang