Part. 32

1.1K 103 21
                                    

Pernah suatu waktu, Jaemin mencuri pembicaraan Seulgi dengan Jeno ataupun pembicaraan-pembicaraan lain mengenai dirinya yang mengidap somatoform atau apapun itu namanya.

Ia bahkan mencari tahu melalui Internet perihal penyakit psikis yang dideritanya itu, namun bukannya ketakutan, Jaemin justru merasa bangga akan penyakit itu.

Jika ia terus-terusan merasakan sakit, Jeno pasti tidak akan tega meninggalkannya. Bahkan Jaemin menggunakan kesempatan itu untuk mengelabuhi Jeno demi mencari perhatian suaminya itu.

Ia seorang masokis? Ia tidak peduli. Ia rela mendapatkan penyakit apapun asal Jeno tetap berada di sampingnya.

“Nana...”

Suara lembut Jeno yang membangunkannya di pagi hari seperti sebuah candu yang menenggelamkannya pada mimpi indahnya.

Dengan dalih masih mengantuk, Jaemin bermanja-manja pada suaminya dengan mengusakkan wajahnya pada perut Jeno serta memeluk pinggang Jeno dengan sangat erat. Pria yang lebih tinggi terkekeh dan mengelus surai kebiruan suami mungilnya dengan lembut.

Sudahkah dia katakan kalau Jaemin terlihat lebih manis dengan surai kebiruannya? Itu membuatnya tampak lebih seksi dari biasanya.

“Bangunlah... aku sudah menyiapkan sarapanmu.”

“Ughㅡmalas.”

“Sebenarnya siapa yang menjadi pihak istri disini, huh?” Jaemin nyengir, namun tetap enggan membuka matanya. “Ayo bangun, ladyboy.”

“YA, JENO! AKU BUKAN BANCI!”

Jaemin sontak duduk dari posisi berbaringnya dan menatap Jeno dengan wajah garang yang sama sekali tidak menakutkan.

“Aku kan tidak mengatakan kalau kau banci, nana~”

“Tapi tetap saja~”

Obrolan manis mereka di pagi hari seolah menjadi kegiatan rutin sehari-hari Jaemin.

Siapapun yang bangun terakhir selalu mendapatkan kesempatan untuk bermanja-manja pada pasangannya, sedangkan yang bangun lebih awal diwajibkan untuk selalu menyiapkan air hangat dan sarapan pagi.

Baik Jeno maupun Jaemin, mereka mematuhi aturan tak tertulis itu selama ini. Keduanya selalu ingin membangun rumah tangga yang manis seperti pasangan pada umumnya.

Jeno pun semakin bersikap sangat gentle pada Jaemin dan itu membuatnya semakin memuja sosok baru Jeno. Meskipun mereka telah melewati segala hal buruk, namun mereka melewatinya dengan sempurna.

Asal bersama, mereka bisa melakukan hal yang tidak mungkin sekalipun.

“Apa rencana kita hari ini? Haruskah kita pergi berkencan ke suatu tempat?”

“Apa ini weekend?”

“Dasar! Tentu saja ini weekend!”

Jemari besar Jeno menyingkirkan helaian rambut Jaemin dan mengecup keningnya selama beberapa detik. Sebelum mengakhiri kecupan itu dengan sentilan mesra hingga Jaemin meringis kesal.

Tak sakit memang, tapi itu sungguh menyebalkan bagi si manis. Pagi-pagi suami tampannya sudah berhasil membuatnya jatuh cinta lagi.

“Kalau ini bukan weekend, aku sudah duduk di kelasku, menikmati mata kuliahku dan tidak bisa bersamamu seharian ini.”

“Hm, kau benar.”

Jaemin tertawa geli, menertawakan kebodohannya sendiri. Lalu seringai jahil terbentuk di bibir ranumnya.

“Aahh, beginilah nasib seorang pria manis ketika harus mengencani seorang mahasiswa ingusan.”

“YAAA!”

“Hhaaahaaㅡ”

“RASAKAN INI!”

“YA! LE JENO, BERHENTI MENGGELITIKU!”

“HhaaahahahaㅡADUHH!”

***

Jeno dan Jaemin mengisi liburan mereka kali ini dengan berkencan di sebuah panti asuhan. Rengekan Jaemin tentang betapa menggemaskannya balita gendut tetangga mereka membuat Jeno terpaksa menyeret lelaki manis itu dari apartemennya ke sebuah panti asuhan di daerah Hongdae.

Awalanya Jaemin protes, namun saat melihat papan nama sebuah panti asuhan, matanya berbinar.

Ia bahkan memberi serangan berupa kecupan-kecupan manis di bibir Jeno sebelum akhirnya berlari keluar mobil dengan sangat antusias. Tingkah menggemaskannya sudah seperti anak-anak penghuni panti ini sendiri.

“Mungkin kau harus membawa Jaemin refreshing. Ajaklah dia ke suatu tempat yang akan membuatnya bahagia.”

Jeno masih mengingat jelas ucapan Seulgi saat ia menanyakan perihal pengobatan yang harus di lakukannya pada Jaemin.

Penyakit psikis seperti Jaemin memang bisa di tangani dengan obat.

Namun, alangkah baiknya jika pengobatan secara emosional lebih di tekankan pada suami mungilnya daripada hanya mengkonsumsi obat yang akan membawa efek buruk bagi kesehatan fisik Jaemin.

Setelah meminta ijin untuk bermain-main di panti itu bersama beberapa anak kecil, Jaemin pun langsung menyerbu segerombolan bocah yang tengah bermain cocok tanam dan mengikuti kegiatan mereka layaknya seorang teman akrab.

Sesekali Jaemin akan mengajak bicara beberapa anak dan disambut antusiasme tinggi oleh bocah-bocah berumur 7-12 tahun itu. Lelaki manis itu memang memiliki aura keceriaan yang begitu kuat.

Mata sipit Jeno memandang punggung suami mungilnya itu sembari menyandarkan punggungnya pada pohon eks di belakangnya. Tanpa ia sadari, senyuman hangat terukir indah di wajah tampannya.

Jaemin hanya merasa sangat takut kehilangan hal paling berharga dalam hidupnya, Jeno. Ia menderita obsesif-kompulsif yang berlebihan.”

“Dan ia membutuhkan pegangan serta uluran tangan seseorang untuk membuatnya yakin jika perpisahan itu tidak akan pernah terjadi padanya. Yakinkan dia kalau kau akan selalu ada di sampingnya.”


“JENO! KEMARILAH! AYO BERMAIN!”

Terkadang, ketika Jeno melihat senyuman polos Jaemin, ia merasa hatinya sesak entah karena apa. Ia tidak dapat membayangkan ketakutan seperti apa yang dialami Jaemin ketika pikiran negatifnya selalu mengendalikan.

Ketika perasaannya terjepit diantara rasa sakit, kecewa, dan curigaㅡrasa ketakutan itu pasti muncul dengan sendirinya. Membuat suami mungilnya menggigil ketakutan dengan sorot mata yang begitu kosong.

Nenyergap tubuhnya dengan erat seolah rasa takut itu merayap melalui saraf-sarafnya dan menghentikan aliran pembuluh darahnya secara perlahan. Ketika teringat masa dimana Jaemin ingin mengakhiri hidupnya, maka penyesalan Jeno semakin besar.

“KYAAAA! HHAHAAA!”

Masa depan Jaemin tergantung padamu, Jeno. Entah penyakit itu akan hilang atau justru semakin menggerogotinya, semua tergantung pada usahamu. Jika bukan kau sendiri yang menyembuhkan Jaemin, lalu siapa lagi?”





Tentu... Jeno pasti akan selalu menjaga Jaeminnya.



End of this chapter.

Masih mau lanjut ga?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jughead SpouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang