Part. 23

676 98 18
                                    

Jeongin terus-terusan menangis sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Ia terus menggenggam tangan dingin Jaemin dan berdoa untuk keselamatan adik iparnya. Harusnya tahun baru ini dilewati mereka dengan penuh kebahagiaan.

Tapi kenapa Jaemin justru memilih untuk membunuh dirinya dengan cara menceburkan diri ke sungai Han yang dalam itu? Ini musim dingin yang berarti Jaemin bisa saja terkena hipotermia karenanya.

Sebenarnya apa yang membuat Jaemin nekat mengakhiri hidupnya? Kenapa lelaki mungil yang sudah ia anggap adik olehnya bisa seputus asa itu?


“Jaem, bertahanlah. Aku mohon tolong dia, Tuhan.” ucapnya berulang lagi.

Jeongin dan Hyunjin awalnya tengah menonton pertunjukan kembang api disana sampai Jeongin tak sengaja menangkap keberadaan Jaemin di pinggir sungai. Baru saja ia ingin memanggilnya, Jaemin sudah menceburkan dirinya ke dalam sungai dan ia pun berteriak secara refleks.

Hyunjin yang bisa langsung menangkap situasi pun segera berlari untuk menyelamatkan Jaemin. Tempat itu langsung saja ramai oleh pengunjung yang kaget oleh teriakan Jeongin.

Mereka akhirnya bisa menyelamatkan sosok rapuh itu dengan bantuan beberapa warga Seoul dan petugas ambulance yang dipanggil seseorang.


“Halo, In. Kau dimana?”

Dengan masih terisak Jeongin menjawab. “Aku baru saja sampai di rumah sakit. Cepat kemari Hyunjin, Jaemin sekarat.” tangisnya pilu.

Sambungan telepon itupun terputus setelah Hyunjin berkata ya. Hyunjin tak ikut masuk ke dalam ambulance karena dia harus mengganti bajunya dan membawa mobilnya juga.

Dengan tubuh yang kedinginan, ia nekat mengebut untuk menyusul ambulance yang membawa Jaemin dan suaminya. Dan ia datang tepat lima belas menit setelah Jaemin masuk Unit Gawat Darurat.


“Bagaimana keadaannya?” Tanya Hyunjin sesampai disana.

Sudah ada Jeongin dan Haechan yang entah kapan datangnya. Suaminya; Jeongin, yang tengah mondar-mandir langsung menubruknya dengan pelukan erat. Hyunjin mengelus punggung suaminya dengan lembut.

Hyunjin tau betul, meskipun mereka jarang berkomunikasi, namun Jeongin sangat menyayangi Jaemin.


Disisi lain, ada Haechan yang juga tengah memeluk Mark seolah lelaki itu menjadi sandaran terakhirnya sekarang. Tangisnya masih saja memilukan. Jaemin adalah segalanya baginya. Sahabat serta saudaranya.

Ia tak ingin mendengar hal buruk menimpa Jaemin. Membayangkannya saja ia tak sudi. Berulang kali ia merapalkan doa agar Jaemin berada dalam kondisi baik.

“Ssstㅡia akan baik-baik saja, Chan.” bisik Mark menenangkan.



“Hyunjin!”

Keempatnya menoleh bersamaan dan mendapati Seulgi dengan pakaian biasa datang berbondong-bondong bersama keluarga Jaemin.

Wajah sang psikiater itu tampak sembab dan pucat. Raut kekhawatiran jelas terlukis di wajah ayunya.

“Bagaimana keadaan Jaemin?” tanyanya dengan nada tak sabaran.

Hyunjin menggeleng pelan. Na Yoona langsung jatuh ke dalam pelukan suaminya dengan tangis yang hebat. Meraung dan menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Jaemin dengan baik.

Siwon pun dengan senantiasa mengusap-usap bahu istrinya, mencoba menenangkan.



“Kami belum tau, noona. Dokter masih berusaha.”

Mark menjawab beberapa menit kemudian. Ia juga sama khawatirnya dengan mereka semua. Jaemin adalah sahabatnya, ingat? Karena Jaemin jugalah ia bisa bersama Haechan sekarang.



Jughead SpouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang