“Mau di beritahu pun mereka tidak akan peduli, karena menurut mereka aku adalah pembawa masalah, justru mereka akan senang bila di beritahu, itu artinya tidak ada lagi pembawa masalah nantinya, karena aku akan meninggal cepat atau lambat.”
Pricilla Evyta Aurora.***
Septian pagi ini tidak ada kelas di kampus, dari pada bosan di rumah, akhirnya Septian memutuskan untuk jogging di taman, Septian melihat seorang gadis yang hampir terjatuh, untungnya dengan sigap Septian menahan tubuh gadis itu. “Lo Vita ‘kan? Adeknya Derta?” tanya Septian begitu melihat wajah Vita, gadis yang berhasil mencuri hatinya di saat pertama ia melihatnya.
Vita mencengkram pinggangnya, Septian yang melihat itu membawa Vita untuk duduk di bangku taman, begitu merasa baikan Vita menoleh menatap Septian. “Makasih udah bantu gue,” ujarnya tulus, sakit itu datang lagi, Vita mencengkram pinggangnya sekuat tenaga sambil meringis.
“Lo gak apa-apa?” tanya Septian cemas melihat Vita yang kesakitan.
Belum sempat Vita menjawab pertanyaan, gadis itu sudah kehilangan kesadarannya. Septian yang panik buru-buru mengangkat tubuh gadis itu ke dalam gendongan dan menggendong gadis itu ke ujung taman, ke mobilnya yang di parkirkan disana.
***
Septian telah sampai di rumah sakit. Septian menunduk, menatap wajah polos milik Vita dalam gendongannya.
Begitu Vita dibawa ke ruang UDG, Septian menunggu dengan cemas, menunggu dokter yang menangani Vita keluar.
Saat ini Septian tengah berhadapan dengan dokter yang menangani Vita. “Gimana keadaan dia, Dok?”
“Apakah Anda pihak keluarga dari pasien?” tanya dokter itu.Septian terdiam sebentar lalu kemudian pria itu mengangguk. “Saya kakaknya, Dok,” jawab Septian.
Dokter itu menghela napas sebelum menjelaskan. “Pasien mengalami gagal ginjal stadium dua,” ucapan sang dokter tentu membuat Septian terkejut.
Lalu dokter pun menjelaskan semuanya pada cowok itu. Setelahnya, Septian diperbolehkan untuk menjenguk Vita yang sudah dipindahkan ke ruang rawat. Septian mulai menghubungi ibunya.
“Bunda, Bunda lagi di rumah sakit, ‘kan?” tanya Septian, perlu kalian ketahui bahwa Alena adalah dokter spesialis ginjal. Meminta wanita itu untuk datang.
Waktu berlalu, Alena sudah berada di ruang rawat Vita. Setelah memeriksa kondisi gadis itu, bunda Septian, Alena. Menghampiri putra sulungnya. “Kamu kenal dia?” tanyanya.
Septian mengangguk, “dia satu sekolah sama Aldo, kebetulan Septian kenal Vita pas Septian hadir ke acara LDKS kemarin,” jawabnya. “Jadi gimana kondisi Vita?”
“Vita mengalami gagal ginjal stadium dua, jika tidak segera ditangani, kondisinya akan semakin parah,” kata Alena yang membuat Septian menunjukkan raut cemas.
Tidak lama kemudian Vita mengerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Netra cokelat miliknya melihat ke sekeliling, di sana ia mendapati seorang laki-laki yang di ketahuinya sebagai penolongnya tadi dan seorang wanita paruh baya yang bisa di duga beliau adalah seorang Dokter.
“Apa kamu sering mengalami sakit di bagian pinggang kamu?” tanya Alena yang menghampiri Vita untuk memeriksa kondisi gadis itu. Lalu Vita mengangguk sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Aku Menemukanmu (END)
Novela Juvenil"Vita," panggil Aldo pelan. Mendengar panggilan Aldo, Vita yang duduk di samping pemuda itu segera menoleh. "Ya?" "Jangan nangis, saya gak suka liat kamu nangis," ujar Aldo sambil menangkup kedua pipi Vita dan menghapus sisa air mata di sudut mata g...