27. Si Gondrong

3.3K 174 42
                                    

“Aku ada di sampingmu tanpa kamu sadari.”
Rifaldo Winata.

***

Satu setengah tahun lalu.

Vita saat ini sedang berdiri di atas jembatan, untungnya jalan daerah sini selalu sepi. Gadis itu sedari tadi terus mengeluarkan air mata, menangisi takdir yang bertindak kejam padanya.

“Aku benci, aku benci hidup di dunia ini kalau kehadiranku aja bahkan gak diinginkan!” teriaknya. Vita ingin menjatuhkan tubuhnya, tetapi sepasang tangan menahannya.

“Jangan gila!” bentaknya. Kemudian cowok itu menariknya agar mendekat lalu memegang kedua pundak gadis itu. Sedangkan Vita, gadis itu menunduk masih tidak percaya dengan apa yang akan ia lakukan. “Di dunia ini, mungkin yang benci kamu banyak, tapi kamu harus pikirkan juga perasaan orang yang sayang sama kamu kalau mereka harus kehilangan kamu! Termasuk saya.”

Vita mendongak untuk menatap laki-laki yang berbicara lantang padanya. Padahal, kenal saja tidak, tetapi Vita tidak bisa melihat jelas wajah laki-laki itu karena tertutupi rambut gondrongnya.

“Tau apa kamu soal masalah hidup aku?” katanya sedikit emosi, lalu menepis lengan laki-laki yang bertengger di bahunya.

“Saya tahu semua, semuanya,” tekan laki-laki berambut gondrong itu.

“Kamu bukan siapa-siapa! Jadi gak usah sok tau!” Setelah mengatakan itu, Vita berlalu dari hadapan laki-laki berambut gondrong itu.

Sedangkan lelaki itu menatap kepergian Vita dengan senyum tipisnya. “You are mine, Vita.”

***

Vita duduk di halte, menunggu jemputannya datang. Namun, sudah setengah jam ia menanti, jemputan itu tidak kunjung datang. Seorang laki-laki duduk di sampingnya, Vita menoleh dan melemparkan tatapan tidak suka saat tahu siapa yang datang. “Ngapain kamu?” ketusnya.

Tanpa menghiraukan ucapannya, laki-laki itu berkata, “Mau sampai kamu jadi nenek-nenek, gak akan ada yang jemput kamu.”

Vita mengernyitkan keningnya. “Maksud kamu?” Gadis itu bisa melihat senyum di bibir laki-laki itu, untung hanya matanya yang tertutupi oleh rambut.

“Kakak kamu udah suruh supirnya langsung pulang ke rumah.”

Mendengar itu Vita semakin menatap lelaki di hadapannya. “Apaan, sih? Ngaco tau gak?”

“Mulai detik ini, kamu milik saya.”

Vita membulatkan matanya. “Kamu gila atau gimana, sih?”

“Saya gak gila, dan saya ulang lagi kalau, you are mine.”

Vita menatap malas laki-laki di hadapannya. “Dasar gondrong!” kesalnya.

Sontak laki-laki itu tersenyum tipis mendengar panggilan Vita untuknya. Menurutnya, itu romantis. Vita yang menyadari laki-laki itu tersenyum sontak saja berdecak kesal. Gadis itu memegang kepalanya. “Ya ampun, Vita yang gila ini, mah,” ujarnya sebal.

Laki-laki gondrong itu terkekeh kecil. “Lucu,” katanya pelan.

Vita yang mendengarnya pun menatap laki-laki itu lekat. “Gondrong, udah dong jangan deket-deket aku, aku sebel sama kamu,” katanya terus terang, lalu memilih bangkit dari duduknya dan melenggang pergi sambil berlari.

Ketika Aku Menemukanmu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang