“Deket-deket sama lo itu bahaya, karena lo itu walaupun kaku kaya robot, tapi setiap ucapan dan tindakan selalu berhasil bikin gue blushing, sialan!.”
Pricilla Evyta Aurora.***
“Kegiatan penjelajahan akan segera dimulai, dimohon untuk segera berkumpul di lapang kembali, mohon perhatiannya.”
Keduanya dengan canggung berdiri, “ayok ke lapangan,” ajak Aldo yang di angguki Vita, Aldo dengan malu mencoba meraih tangan Vita, Vita yang sadar mendekatkan tangannya dan berhasil, tangan mereka saling bertautan, diam-diam keduanya saling menyembunyikan senyum masing-masing.
“Dasar manusia robot nyebelin,” gumam Vita sambil tersenyum.
Kali ini Vita mengikuti langkah kaki Aldo. Saat sampai di sana, mereka melihat masing-masing kelompok sudah bergabung. Keduanya berjalan ke kelompok mereka. Vita langsung melangkahkan kakinya menuju Anna, namun tangannya ditahan oleh Aldo.
“Di sini aja, sama saya,” tutur Aldo yang akhirnya Vita menurut dan mengangguk pelan. Tangan mereka masih masih bertautan tanpa mereka sadari.
“Ekhem! Ada angin apa nih? Kok udara jadi panas ya?,” celetuk Dimas dari samping yang melihat tangan Vita dan Aldo saling bertautan.
Aldo menoleh dan tersenyum. “Gimana? Oke ‘kan calon pacar saya?” Ia menaikturunkan alisnya.
Di sampingnya Vita diam sambil menunduk, perkataan Aldo selalu berhasil membuat jantungnya berdetak kencang.Dimas dibuat geleng-geleng kepala. “Iya deh iya, akhirnya seorang robot yang kaku bisa terlepas juga dari masa lalu,” cibirnya. Mata Dimas terpokus ke tangan Aldo dan Vita yang saling bertautan. “Tangannya lepas kali, gak mau nyebrang, ‘kan?”
Perkataan yang Dimas lontarkan mampu membuat Vita langsung menatap ke arah tangannya yang saling bertautan dengan lengan Aldo. Buru-buru ia segera melepaskan tautan tangan mereka.Hal itu mampu membuat Aldo berdecak pelan sambil menatap Dimas. “Ganggu aja!” sebalnya yang dibalas kekehan oleh cowok itu.
“Nah, sekarang masing-masing kelompok dipersilahkan untuk segera bergegas menuju titik start.” Ucapan Pak Asep langsung membuat masing-masing kelompok segera bergegas yang dipandu oleh pengawas masing-masing kelompok. Di titik start sudah ada Derta, Septian, dan Aji.
“Jalan ke arah mana, Bang?” tanya Aldo kepada mereka bertiga.
“Kanan, nih petanya.” Septian yang menjawab kemudian memberikan peta kepada Aldo.
Pemuda itu menatap Septian dengan tatapan tidak bersahabat. “Oke makasih.” Aldo segera beranjak pergi diikuti yang lainnya.
Vita yang berjalan paling belakang bersama Anna, tangannya langsung ditahan oleh Derta begitu ia ingin mengikuti langkah Aldo. Gadis itu menoleh.
“Maaf.” Hanya kata itu yang mampu diucapkan oleh Derta seraya memandang Vita sendu.
“Lepasin tangan lo, gue terlalu menjijikkan buat lo sentuh,” Vita melirik ke arah lengannya yang dicekal oleh Derta.
Sadar, Derta segera melepaskan tangan Vita. Ia menatap sang adik dengan raut penyesalan. Sungguh, Derta yakin Vita mendengar semua obrolannya dengan Nala tadi.
Vita langsung menggiring Anna menyusul kelompoknya, sebab Anna memang tadi ikut berhenti kala tangannya dicekal oleh Derta. Anna mengerutkan dahi, seolah minta penjelasan pada Derta, tetapi laki-laki itu menggelengkan kepalanya.
Anna beralih menatap Vita. “Lo gak apa-apa?” tanyanya, lalu merangkul pundak Vita.
“Gue gak mungkin baik-baik aja, Ann,” tutur Vita sendu.
“Siapa?” tanya Septian kepada Derta yang hanya menatap kepergian Vita dengan tatapan bersalah.
Derta menggelengkan kepalanya. “Bukan siapa-siapa.”
Septian sedari tadi memperhatikan Vita, gadis itu terlihat rapuh dan tegar secara bersamaan. Ada rasa yang tidak bisa diungkapkan oleh Septian mengenai gadis itu.“Gebetan si Derta kali,” celetuk Aji yang dihadiahi pelototan oleh Derta.
“Iya elah, sinis amat Bro? Gue tikung boleh? Cakep abis gebetan lo.” Aji hanya menyengir kuda.
“Terserah!” ketus Derta.
“Dia cantik,” ucap Septian yang diangguki keduanya.
Aji seketika tersadar. “What?!” bagaimana tidak terkejut dengan ucapan Septian, Septian itu cowok dingin yang tidak tertarik pada perempuan, tapi apa tadi kata Septian tadi? Dia memuji Vita cantik?
Vita dan Aldo berjalan bersama di paling belakang di antara kelompok mereka, Aldo memasukan kedua tangannya ke dalam saku depan jaketnya, cowok itu memakai kupluk berwarna merah, sedangkan di sampingnya Vita tengah menggosok kedua telapak tangannya guna untuk menghangatkan tubuhnya, Aldo melirik Vita yang tengah menggosok kedua telapak tangannya, dan tersenyum, kemudian pemuda itu melepaskan kupluk nya dan memakaikannya ke Vita, “saya gak mau ngeliat bidadari saya kedinginan,” ucap Aldo seraya tersenyum.
Vita menoleh dengan muka bingung lalu beberapa detik kemudian gadis itu tersenyum, “deket-deket sama lo bahaya,” ucap Vita begitu Aldo selesai memasangkannya kupluk, lalu Aldo menarik topi jaketnya untuk menutupi kepalanya.
“Loh, bahaya kenapa?”Aldo bingung.
Namun Vita menggeleng enggan menjawab pertanyaan Aldo. “Bahaya karena lo itu walaupun kaku kaya robot, tapi setiap ucapan dan tindakan selalu berhasil bikin gue blushing, sialan!” lanjut Vita dalam hati.
“ANNA, IZININ GUE BUAT MULAI SEMUANYA DARI AWAL, GUE JANJI GAK AKAN MENGULANG LAGI KESALAHAN YANG SAMA!!” teriak Dimas, tadi Dimas bertanya seperti itu dengan nada yang hanya bisa di dengar oleh Anna, namun gadis itu tak kunjung menjawab pertanyaannya, akhirnya Dimas berteriak yang berhasil membuat Anna menunduk malu, godaan-godaan terlontar begitu Dimas selesai berteriak.
Anna mencubit pinggang Dimas karena kesal, Dimas mengaduh sakit, “jadi gimana?” tanya Dimas sambil mengelus pingangnya, “gue di izinin buat PDKT-in lo lagi gak?”
Anna berhasil menormalkan ekperesinya, “kalau bisa langsung pacaran kenapa harus pendekatan dulu?”
Perkataan Anna sontak di sambut sorak semua anggota kelompok, “jadi kita balikan?” Dimas memastikan dan Anna mengangguk, kesalahan Dimas dulu memang sangat membuat Anna kecewa, namun sekarang pria itu ingin berubah, lagi pula ia masih cinta kepada pemuda itu.
“Acie, di sekolah kita ada cauple baru euy!” sorak Zidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Aku Menemukanmu (END)
Fiksi Remaja"Vita," panggil Aldo pelan. Mendengar panggilan Aldo, Vita yang duduk di samping pemuda itu segera menoleh. "Ya?" "Jangan nangis, saya gak suka liat kamu nangis," ujar Aldo sambil menangkup kedua pipi Vita dan menghapus sisa air mata di sudut mata g...