“Bukan hanya luka fisik yang aku terima, tapi juga luka hati.”
Pricilla Evyta Aurora.***
Seorang gadis dengan pakaian putih biru ditarik tangannya dengan kasar oleh wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunya sendiri. “Sa-sakit, Ma,” ringis gadis itu.
“Diam kamu!” bentak wanita itu tidak memedulikan rintihan putri bungsunya.
Valen menarik gadis itu menuju dapur. “Ayo! Mau bikin masalah di sekolah lagi?! Mau bikin saya malu?! Hah?! Jawab!” bentaknya.
Gadis itu menggeleng. Kesal, wanita setengah baya itu menarik rambut anaknya. “Terus aja bikin ulah di sekolah kamu! Saya capek harus dipanggil ke ruang BK gara-gara kamu yang terus aja bikin ulah!”
Gadis itu menundukkan kepala, air matanya terus mengalir di pipinya yang chubby, tanpa terisak.
“Tatap saya!” Valen menarik dagu gadis itu agar menatapnya. “Kamu! Saya benci kamu! Hidup kamu hanya terus membuat saya malu!” Ia lalu melangkah menuju tempat termos air panas disimpan dan kembali menuju anaknya yang sedang menundukkan kepalanya.“Mana tangan kamu!” Wanita paruh baya itu menarik lengan gadis itu agar menjulur. Seketika air panas itu mengalir, membasahi lengan yang kini memerah.
“Valen!” teriaknya, mengejutkan Valen dan Vita di sana. “Tega kamu mencelakai anak kamu sendiri!” Wanita itu menghampiri sang gadis yang menangis, lalu memeluknya sayang.
Valen menatap Shila sengit yang dibalas tidak kalah tajam dari Shila. Lalu pandangan Sila beralih ke gadis itu. “Vita? Kamu gak apa-apa ‘kan, Sayang?” tanyanya lembut.
Vita menggelengkan kepalanya, tetapi tatapan Shila beralih ke tangannya yang memerah. “Astagfirullah!” Shila membekap mulutnya tidak percaya. Wanita itu juga menangis sambil memeluk Vita erat lalu membawa Vita menuju mobilnya.
Di dapur, Valen menatap tangannya sendiri yang telah berbuat keji kepada putri kandungnya. Ada rasa penyesalan yang datang ke lubuk hatinya yang terdalam.
Shila duduk di hadapan dokter yang tadi menangani Vita. “Gimana kondisinya, Dok?” tanyanya cemas.
“Luka bakar yang disebabkan oleh air panas atau uap disebut dengan lepuhan atau kulit yang melepuh. Lepuhan akibat air panas mendidih bisa menyebabkan rasa nyeri dan kerusakan pada kulit. Jenis luka bakar ini termasuk membahayakan karena dapat menghancurkan jaringan dan sel kulit yang terpapar air panas,” jelas dokter itu.
“Lalu bagaimana keadaan Vita, Dok?” tanya Sila tidak sabar, dirinya dilanda panik yang luar biasa.
“Tenang saja, putri ibu hanya mengalami luka bakar biasa, luka bakar biasa hanya menyebabkan kulit putri ibu menjadi kering dan gatal bahkan setelah sembuh,” jelasnya.
“Lalu bagaimana cara mengobatinya, Dok?”
Dokter itu tersenyum. “Ibu hanya perlu menggunakan krim yang berbahan dasar air, dan untuk menghilangkan bekas luka di kulit yang terdapat luka bakar, ibu dapat menggunakan krim yang saya rekomendasikan dengan dicampur vitamin E,” jelasnya lagi.
Setelahnya Shila pamit untuk menjenguk Vita. Saat ia keluar dari ruangan dokter, Deon yang masih menggunakan seragam putih abu-abu langsung menghadiahi ibunya dengan berbagai pertanyaan.
“Vita baik-baik aja, ayok kita jenguk dia.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Aku Menemukanmu (END)
Ficção Adolescente"Vita," panggil Aldo pelan. Mendengar panggilan Aldo, Vita yang duduk di samping pemuda itu segera menoleh. "Ya?" "Jangan nangis, saya gak suka liat kamu nangis," ujar Aldo sambil menangkup kedua pipi Vita dan menghapus sisa air mata di sudut mata g...