Chapter 4✔️

1.4K 205 19
                                    

Di ruangan OSIS, Lala dan Faneza duduk berhadap-hadapan. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Lala sibuk dengan laptop di depannya, menyiapkan proposal untuk sponsor acara mereka mendatang. Sementara Faneza  sibuk dengan ponselnya. Ketika pintu dibuka tanpa permisi, Faneza yang tadinya duduk santai mendadak berlagak anggun. Fajri yang datang.

"Jangan lama-lama. Aku bisa sial lama-lama di ruangan ini," kata Fajri

"Aku tidak mengerti, kenapa kamu begitu membenci kami?" tanya Lala

"Hmm... karena kalian... mem-bo-san-kan."

Seharusnya Lala tidak mengharapkan jawaban dari Fajrti. Tidak ada gunanya ia berbicara padanya, lebih baik ia langsung ke inti permasalahannya saja. Dia menunjukan topik yang sedang hangat diperbincangkan di sekolah selain video wawancara seorang dokter dan model itu.

"Faneza akan menjadi bagian dari kami. Kamu juga!"

"Hah? Kenapa aku dihukum? Apa salahku?"

"Ini bukan hukuman, ini kesempatan. Kau harus tahu bahwa kami tidak membosankan," kata Lala sambil menjulurkan sebuah kertas ke atas meja dan tersenyum penuh kemenangan.

Di dalam kertas itu terdapat petisi yang bertanda tangan hampir seluruh warga sekolah yang ingin Fajri menjadi pengurus Osis, lengkap dengan tanda tangan wali kelas, kepala administrasi dan kepala sekolah. Mereka memang mendukung Fajri dalam mengacaukan acara Osis, tapi mereka juga penasaran apa yang akan terjadi jika Fajri menjadi anggota Osis.

Fajri tidak bisa berkata apa, dia kesal dengan apa yang terjadi. Faneza justru merasa senang, karena mungkin ia bisa lebih dekat dengan Fajri dengan cara ini. Lala lebih senang lagi karena bisa menggenggam kedua musuhnya itu dengan tangannya sendiri.

─o─

Topik lainnya yang sedang hangat diperbincangkan tentu saja tentang Fiki. Dalam wawancara itu, ia mengumumkan akan bersekolah seperti anak remaja pada umumnya. Dia juga mengumumkan di sekolah mana ia akan bersekolah. Tentu saja saat SMA Bintang Mandiri disebutkan, siswa-siswi yang seangkatan bertanya-tanya, apakah ia akan sekelas dengan Fiki?

Tidak usah ditanya bagaimana kondisi Meysa saat ini. Sejak kemarin dia menjadi orang yang sangat baik. Meysa yang tidak pernah melakukan hal dengan cuma-cuma hari itu telak menjadi babu Wulan dan Rere. Mereka berdua puas menyuruh Meysa melakukan ini dan itu.

"Mey~ hari ini tolong gantikan jadwal piketku ya," kata Rere. Meysa langsung mengambil sapu dan membersihkan kelas.

"Mey~ aku boleh minta sticky note milikmu? Banyak yang harus aku tandai untuk ulangan harian pagi ini," kata Wulan.

"Oh iya tentu saja boleh!"

Namun sayangnya, kebaikan Meysa harus berakhir ketika jam pelajaran dimulai. Ulangan matematika sangat dihindari oleh para siswa. Meysa dan Wulan yang duduk sebangku paling depan harus selalu siap dengan ulangan harian yang kerap kali mendadak. Namun kali ini Meysa curang, dia pindah kebangku kosong di belakang, meninggalkan Wulan duduk sendiri di depan.

Namun saat itu Pak Agus selaku wali kelas dan guru matematika mereka tidak datang sendiri. Seorang siswa berkacamata yang tinggi dan tampan ikut mengikutinya di belakang. Fiki langsung menyadari keberadaan Wulan disana. Tidak salah ia memilih kelas ini.

"Ulangan hari ini dibatalkan karena kita kedatangan teman baru. Tidak adil kalau hari pertamanya langsung ulangan, kan?"

"YEEAAYYYY TERIMAKASIH FIKII!!" sorak satu kelas yang membuat Pak Agus terkejut. Bagaimana anak didiknya bisa kenal dengan murid yang baru saja pindah ke sekolah mereka?

Calon Pengurus Osis ||  UN1TY [REVISI BESAR-BESARAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang