Di kantin yang tidak pernah sepi, Fajri memesan banyak makanan meskipun perut kecilnya itu sudah penuh terisi. Fenly di hadapannya sudah kekenyangan membantu memakan makanan yang di pesan Fajri. Fenly tahu betul kenapa Fajri bertingkah seperti ini, tetapi masih saja heran setiap kali Fajri melakukannya. Faneza yang duduk di sebelah Fajri mulai merasa bersalah. Sebab Fajri ada disini sekarang adalah karena dirinya.
"Maafkan aku, Ji. Karena aku, kamu kebingungan seperti ini," kata Faneza
"Tidak adakah hal lain yang bisa kamu lakukan? Sudah berapa banyak gorengan yang kau makan? Aku khawatir dengan pita suaramu. Jika Zweitson disini, dia pasti akan berbicara banyak tentang berat badanmu."
"Aku tahu aku hanya ladang rupiah untuk kalian. Tapi tidak bisakah kalian peduli dengan cara yang berbeda?" kesal Fajri
Fajri tahu kedua temannya benar-benar peduli, hanya saja cara mereka peduli kadang membuatnya kesal.
Tidak lama kemudian, Zweitson datang menyusul mereka. Kelasnya yang paling terakhir memulai jam istirahat. Sejak pagi, anak itu belum bertemu dengan kedua sahabatnya karena datang terlambat. Dan saat ia melihat Fajri saat ini, ia hanya bisa tertawa hingga terpingkal. Biasanya, penampilan Fajri selalu berantakan dan tak peduli aturan sekolah. Tetapi hari ini, pakaiannya lengkap dan sangat rapi, bahkan kancing seragamnya dikancing sampai atas, seolah mencekik lehernya.
"Hahaha kau terlihat seperti kutu buku. Kau mau kacamataku? Supaya lebih sempurna, hahaha."
"Tidak terimakasih. Bantu saja aku menghabiskan makanan ini," kata Fajri diakhiri helaan nafas berat.
Mungkin karena sudah terbiasa membuat onar, Fajri menjadi cemas dan risih saat sedetik saja ia tidak berbuat onar. Para guru pun ikut dibuat cemas, karena biasanya jika keadaan menjadi tenang, maka tandanya badai besar akan segera datang. Begitu juga yang dirasakan Wulan. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar. "Tidak biasanya sekolah ini tentram," gumamnya.
Sementara kedua sahabatnya berkeliling mencari bahan gosip di seluruh penjuru sekolah, Wulan memilih duduk di halaman sekolah membaca buku favoritnya. Ia merasa senang hari ini. Biasanya ia tidak pernah bisa membaca dengan tenang, bahkan di perpustakaan sekalipun. Tetapi entah kenapa halaman sekolah ini tenang sekali.
Setelah beberapa menit membaca, Wulan mengukir senyum manis. Sudah dipastikan, halaman sekolah hari ini cukup tentram dan ia mulai fokus membaca. Namun, saat ia sampai pada tulisan yang menyenangkan, suara knalpot motor mulai mengganggunya. Wulan berusaha tenang, berusaha berpikir positif meskipun ia tahu tidak mungkin ada sepeda motor memasuki halaman sekolah.
Beberapa detik kemudia ketakutannya benar terjadi. Pembuat onar itu kembali. Fajri dengan motornya berputar-putar di halaman sekolah, mengganggu beberapa siswa bermain, termasuk Wulan yang duduk tak jauh dari sana. Tak cukup sampai disitu, Fajri malah mengikat beberapa kaleng di belakang motornya dan membuat suasana semakin bising. Beberapa penggemarnya mendukung aksi Fajri, termasuk Rere yang bersorak senang membuat suasana semakin amat sangat tidak kondusif bagi Wulan.Kesabarannya mulai habis. Alih-alih pergi mencari tempat yang sunyi, Wulan memilih untuk menghentikan kebisingan itu. Entah kenapa ia menjadi sangat kesal, mungkin ia merasa dikhianati saat mengira tempat ini akan menjadi tempat yang cukup tenang.
PLAK!
Ujung bukunya mengenai kepala Fajri yang sama sekali tidak memakai pelindung kepala yang akhirnya membuatnya kehilangan keseimbangan, lalu terjatuh. Suasana mendadak sunyi ketika Wulan berjalan tanpa ragu ke arah Fajri dan memarahinya. Fajri sendiri tidak menyangka siapa yang berdiri di depannya sekarang. Perdebatan yang dulu pernah terjadi diantara mereka mulai bersemi kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Pengurus Osis || UN1TY [REVISI BESAR-BESARAN]
FanfictionFiki, Fajri, Zweitson dan Fenly akan di uji untuk bisa menjadi anggota pengurus osis. Ujian apa saja yang akan mereka dapatkan? Apakah mereka akan lulus?