LSIH (3) - 14. Father in Law?? 💙

10.3K 719 93
                                    

"Perlahan-lahan dalam segala sesuatu itu baik, kecuali dalam perbuatan yang berkenaan dengan akhirat"

~ HR. Abu Dawud, Baihaqi dan Hakim.~

Keinginan, harapan dan cita-cita. Tiap insan di dunia tentu mempunyai tiga hal itu. Memang sejatinya tujuan penciptaan manusia di dunia ini adalah untuk meraih asa, mimpi dan cita. Karena meraih tiga hal itu sangat erat kaitannya dengan tujuan penciptaan manusia di muka bumi yaitu untuk beribadah.

"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada Ku ( Quran Surah Adzariyat : 56)

Al Qurthubi mengatakan :
"Makna asal dari ibadah adalah perendahan diri dan ketundukan. Berbagai tugas/beban syariat yang diberikan kepada manusia (mukallaf) dinamai dengan ibadah, dikarenakan mereka harus melaksanakannya dengan penuh ketundukan kepada Allah Ta'ala"

Maka memang dipahami bahwa islam mengatur seluruh aspek kehidupan umatnya. Bukan hanya mengatur ibadah mahdhah seperti sholat, zakat, puasa, haji atau ibadah ritual yang urusannya langsung pada Allah Ta'ala. Namun islam pun mengatur ibadah ghoiru mahdhah yang erat kaitannya dengan urusan dunia, seperti bekerja, berumahtangga, bertetangga, menuntut ilmu dan lainnya.

Ketika seorang mukmin bekerja itu adalah karena perintah Allah. Ketika seorang mukmin sekolah menuntut ilmu itu juga karena kewajiban dari sang Khaliq. Saat seorang mukmin makan dan minum pun itu juga dalam rangka beribadah. Karena seluruh perbuatan seorang mukmin seharusnya memang bernilai ibadah kepada Rabbnya.

Maka final goal seorang muslim tentu saja negeri akhirat. Apapun cita, asa dan keinginan seorang mukmin, selalu ada kaitannya dengan kehidupan abadi yaitu kampung akhirat.

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan,kalau mereka mengetahui" (Quran Surah Al Ankabut : 64)

Karenanya bagi seorang muslim dunia itu hanya tempat mampir . Persinggahan untuk mengumpulkan bekal terbaik dan sebanyak-banyaknya untuk kembali pulang. Menuju tempat yang telah sang Khaliq persiapkan untuk semua manusia yaitu akhirat. Kekal dan abadi di dalamnya.

"Tetapi kalian (orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan dunia. Padahal kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal" (Quran Surah Al A'la : 16-17)

Memahami sebuah konsep kehidupan sudah menjadi bagian dari hidup seorang Taqiyuddin. Abahnya yang seorang ustadz dengan ilmu yang cukup mumpuni diakui banyak orang, membuat pondok pesantren milik ustadz Jauhar memang selalu menjadi jujugan orangtua untuk menitipkan putra putri mereka.

Harapannya tentu adalah agar putra putri keturunan mereka paham akan ilmu agama tanpa meninggalkan ilmu dunia. Fiddunya wal akhiroh, dunia didapat, akhirat tetap menjadi tujuan. Menjadi penghias kehidupan mereka dan memberi syafaat ketika mereka meninggal.

Taqi sudah berada dibalik kemudi. Tekad bulat yang sudah terpatri selama hampir seminggu ini tak ingin lagi ia tunda. Baginya sebuah kebaikan tentu harus disegerakan.

Mendengar cerita Abah, tentang kisah cinta beliau di masa lalu dengan uminya seolah memberi booster tersendiri buat Taqi. Menguak keinginan untuk langsung saja menghadap pada wali dari perempuan yang telah berhasil merebut hatinya tersebut. Iya, kini Aisyah adalah bagian dari asa dan cita-cita seorang Taqi.

Kertas curriculum vitae yang telah dipersiapkan kini tidak lagi menjadi fokusnya. Menikah itu ibadah. Disana ada banyak pahala yang menanti ketika telah mampu melaksanakannya. Maka untuk menujunya dibutuhkan sebuah ikhtiar.

Allah Ta'ala memang telah menuliskan sebuah nama untuknya. Pembawa tulang rusuk, muslimah yang menjadi makmum penyempurna setengah agamanya. Muslimah yang menjadi cahaya dalam rumahnya dan menjadi ibu dari anak-anaknya kelak.

LOVE STORY IN HOSPITAL 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang