PART 2 [M]

7.6K 304 11
                                    


- Seoul,
Park'Corp
12.15 KST.

"Eugh, dipercepat Jiminhh..." desah seorang wanita begitu merusak indra pendengaran, bukan begitu?

"Ughh..Jihhh..." desah wanita itu lagi begitu kentara.

"Ahh Jim...kau nikmat sekalihh..." wanita itu semakin meracau karena dorongan yang ia terima  begitu kuat dan dalam.

Desahan demi desahan dikeluarkan dari mulut wanita itu. Lelaki itu Park Jimin dengan wanita yang ia tiduri di kamar hotel kemarin. Eunha? Ya! Jeon Eunha. Wanita ular itu datang ke kantor Jimin dengan tujuan menuntun penjelasan kenapa Jimin memberhentikannya sebagai sekretarisnya di kantor itu tanpa alasan yang pasti padahal jelas-jelas Jimin sudah memperjelas kesalahan-kesalahan yang wanita itu perbuat. Tetapi, setelah sampai di ruang kantor CEO muda itu hal yang menjijikan terjadi lagi kepada Jimin.

Kenapa hal tak wajar itu terjadi? Karena, pakaian yang digunakan oleh wanita iblis itu, pakaian yang kurang bahan. Dress yang kelihatan ketat berwarna merah sepaha menonjolkan liak-liuk tubuh Eunha. Dan, juga dress yang begitu rendah dibagian dada dan memperlihatkan payudaranya yang menyembul keluar terlihat begitu besar dan sintal. Siapa yang tidak terangsang dengan pakaian kurang mengenakkan seperti itu? Apalagi jika diingat bahwa hormon seorang lelaki sangatlah tinggi.

"Jim, kau begitu nikmat sayanghh..."

"Sial! Kau masih saja sempit!"  racau Jimin yang terus menumbuk kejantanannnya semakin dalam untuk mencari titik kenikmatan yang ia gauli untuk mencapai pelepasan.

"Jihh...aku akan sampai, ahh..."  racau wanita tidak terkontrol lagi kenikmatan yang diberikan Jimin padanya.

Dengan posisi Eunha terbaring lemas diatas meja kantor Jimin, pakaian yang ia kenakan tadi tersingkap sampai perutnya  tanpa memakai pakaian dalamnya yang sudah terlepas sedari tadi, dan juga sepatu berhak tinggi masih tertempel di kaki mulusnya tersebut. Dan,  jangan lupakan keringat mengalir di dahi Eunha dengan surai hitamnya yang berantakan akibat remasan nikmat yang Jimin berikan padanya.

Sedangkan, Jimin masih setia dengan kenikmatan yang ia berikan untuk Eunha, wanita jalangnya itu. Dengan kemeja hitam yang masih melekat ditubuh atletisnya itu menampakkan tangan mulusnya yang sibuk meremas gundukan Eunha sambil memejamkan matanya. Dengan kemeja digulung sebatas siku dan jangan lupakan bahwa dia masih memakai celana jeans panjang berwarna hitam pekat. Jimin hanya membuka sabuk yang ia pakai dan membuka resleting celananya tersebut untuk mengeluarkan kejantanannya yang sudah tegang sedari tadi.

Dia tidak peduli dengan sekitarnya, meja kantor yang ia sering gunakan sudah tidak beraturan lagi, semua berantakan akibat ulah kedua manusia yang sibuk dengan dosa telah mereka perbuat. Berkas-berkas berceceran kesana kemari. Peduli? Tidak! Jimin tidak peduli  dengan semua itu, yang ia pedulikan adalah mencapai puncak kenikmatannya.

Dorongan demi dorongan bringas yang ia berikan untuk mencapai pelepasannya. Dengan Eunha yang terbaring lemas diatas meja dipenuhi keringat dan desahan yang begitu indah untuk didengar. Jimin yang berdiri sambil menutup matanya mengeluar masukkan kejantanannya dari lubang berdosa itu. Dengan kaki kiri Eunha yang Jimin angkat dan diletakkanya di bahu kanannya.

Sedangkan, kaki kanan Eunha yang mengangkang lebar sigap terus membakar gairah Jimin. Dorongan, demi dorongan yang Jimin berikan untuk memuaskan nafsu seksualnya yang begitu tinggi dan memberontak ingin segera dituntaskan, tidak peduli dengan sekitarnya bahkan Eunha sekalipun yang terkulai lemas didepannya. Jika dilihat Eunha sangat menikmati permainan kotor ini.

"Ahhh..."

Desah mereka yang dibanjiri air keringat mereka masing-masing dengan Jimin yang sibuk dengan penyatuan mereka sambil meremas payudara sintal milik Eunha sesekali menyesapnya bak seorang bayi yang sedang menyusui, sedangkan Eunha yang sibuk meremas rambut Jimin yang sudah begitu lepek itu sambil memejamkan matannya menikmati kejantanan Jimin yang semakin besar di area kewanitaanya. Hingga hentakan ketiga yang Jimin berikan membuat Eunha orgasme. Sedangkan, Jimin masih sibuk untuk mencapai pelepasannya itu.

Hentakan yang Jimin berikan terus menyerang titik sensitif Eunha dan dia sibuk dengan penyatuan itu karena, Jimin belum mencapai pelepasannya. Merasa akan pelepasan mencapainya, Jimin segera meraih kepala Eunha dan menarik, Jimin langsung mengeluarkan cairan menjijikan itu tepat diwajah Eunha. Sedangkan, Jimin menikmati pelepasannya sambil mendongakkan kepalanya keatas dan menutup matanya rapat-rapat. Jimin terlihat bergairah.

"Hhhhh..." desah Jimin dengan nafas yang tidak beraturan.

Saat Jimin merasa semuanya sudah terkendali. Jimin segera memasukkan juniornya kedalam celananya lagi dan membenarkan sabuk yang masih berada dicelananya. Sedangkan, Eunha masih sibuk mengelap cairan menjijikan Jimin dengan tisu, dan sesudah itu iapun memakai pakaian dalamnya lagi dan, memoleskan make up di wajahnya tak lupa juga rambutnya yang yang begitu berantakan ia rapikan kembali. Disaat Eunha masih sibuk memoleskan lipstik merah ke bibirnya, suara seseorang mengintrupsi dirinya, Eunha segera memasukkan kembali lipstiknya itu kedalam tasnya.

"Untuk apa kau kemari?" suara yang begitu dingin menyambut pendengaran Eunha.

"Kenapa kau memberhentikanku sebagai sekretarismu?" tanya Eunha dan masih setia duduk diatas sofa berwarna hitam diruangan tersebut. Sedangkan, Jimin duduk di kursi besarnya membelakangi presensi sosok Eunha yang begitu menjijikan dimatanya.

"Kau tuli atau pura-pura tidak mendengar Jeon Eunha?" kata Jimin meremehkan sambil memainkan pena hitam yang pegang saat ini.  "Tsk! Ini demi kebaikanmu dan juga diriku," lanjut Jimin berucap dan memutar kursi kebesarannya kedepan lantas menatap Eunha yang duduk jauh didepannya.

"Sekarang keluar dari ruanganku," usir Jimin menatap tajam Eunha. Sedangkan, Eunha tetap dalam posisinya. "KUBILANG KELUAR BRENGSEK!" teriak Jimin menggebu-gebu dan menggebrak mejanya kantornya itu dengan posisi yang sudah berdiri tegap sambil mengepalkan tangannya kuat memperlihatkan urat-urat tangannya begitu jelas.

"Jimin, ap--apa yang kau lakukan?" ucap Eunha dengan nada gemetar sembari menatap Jimin. Saat melihat mata Jimin yang dipenuhi amarah, akhirnya Eunha mengalah. "Baiklah, aku akan keluar sekarang," ucap Eunha membangunkan torsonya lalu memakai tas dengan merek brand ambassador terkenal didunia, tas dengan merk GUCCI.

Sesudah sampai di depan pintu dengan tangan  memengang kenop pintu tersebut, Eunha langsung membuka pintu berwarna coklat itu. Dan, disaat ia akan menginjakkantunjangnya kedepan, Eunha berhenti sejenak dan mengucapkan sesuatu sebelum pergi dari ruangan Jimin. "Geunde...ingatlah satu hal Park Jimin. Aku akan memilikimu apapun caranya," ucapnya, lalu pergi meninggalkan ruangan Jimin dengan smirk liciknya itu.

Bbrrrakkkkk

"Berengsek!" umpatnya. Menyibak surai hitam legamnya lalu mendudukkan torsonya ke kursi kebesarannya. Jika dilihat dia sangat menawan dengan surai dan wajah dinginnya itu.

"Kenapa? Kenapa penderitaan terus saja menghantuiku?! Sialan!" teriak Jimin dan melempar semua barang yang terletak dimejanya, dari mulai berkas-berkas hingga telepon kantor. Hingga suara pintu mengintrupsi dirinya.

Tbc,

CerhliKristianti

SERENDIPITY | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang