02. korban permainan mitsuki

604 37 4
                                    

Akhir-akhir ini, Himawari dibuat kepikiran dengan pernyataan Namida. Mengapa? Entahlah? Yang jelas Himawari tidak mau sampai Namida terluka.

"Kak Mitsuki..." panggil Himawari, ketika mendapati sosok berkulit putih itu tengah bersandar di salah satu pohon.

"Adiknya Boruto.." Mitsuki melambai antusiasi, sembari tersenyum dengan gaya cirikhasnya. Lantas Himawari menghampiri Mitsuki dengan kesal.

"Namaku Himawari tau!! Jangan panggil aku adiknya Boruto!!" protes Hinawari kemudian. Mitsuki terkekeh pelan.

"Sama saja.."

Lantas Himawari mengembungkan pipinya kesal. Menambahkankan keimutan di wajahnya yang mungil.

"Terserah..." kata Hinawari ngambek.

"Hahah.. Ayolah, jangan begini" kata Mitsuki, lalu mengelus puncak kepala Hinawari dengan lembut.

"Kau terlihat menggaskan tau..." tambahnya lagi, membuat Hinawari merona terang.

"Ini yang aku takutnya Namida..." batin Himawari.


°°°

"Sumire... Aku lihat, akhir-akhir ini kau banyak melamun" kata Chocho yang tak luput dengan keripik kentangnya. Sambil menikmati keripik kentangnya, Chocho terus mengamati Sumire yang bertingkah aneh.

"Ah.. Ano... Itu, tidak kok" tepis Sumire.

"Kau tidak bisa berbohong Sumire... Jelas sekali di wajahmu, kau sedang memikirkan sesuatu" kata Chocho tepat sasaran. Sumire gelagapan sejenak, lalu menunduk pasrah.

"Hai'.. Kau benar Chocho" akhirnya Sumire menyerah.

"Siapa yang sedang kau pikirkan? Apa lelaki tampan? Hn?" goda Chocho, lantas membuat pipi Sumire menerah.

"Tebakkan ku benar yah?"

"Ah.. Ti.. Tidak.. Seperti, itu" kata Sumire gelagapan, sambil melambaikan tangannya, pertanda bahwa tebakan Chocho salah.

"Lalu?"

"Hmm.. Entahlah, aku hanya..."

°°°

Hiks.. Hiks.. Huhuhu.. Hiks..

Boruto kebingungan, mendengar suara isakan tangis kala kakinya sampai di atas gedung sekolahnya.

"Tidak mungkin di siang bolong begini ada hantu kan?" pikir Boruto, sedikit ketakutan.

"Huaaaaaaa.... Hiks.. Huhu... Dasar Mitsuki jahat!! Hiks.."

"Apa Mitsuki bermain-main dengan hantu perembuan?" pikir Boruto lagi, kali ini mengeliat merindring. Lantas Boruto mencari-cari asal suara, ternyata suara itu berada di balik tumpukan box kosong.

"Hei Nonna..." panggil Boruto, menyadari bahwa ia menemukan sosok perempuan bersuarai indigo. Lantas Sosok itu menoleh, dengan air mata yang tak henti-hentinya bercucuran.

"Hiks.. Kau temannya Mitsuki sialan itukan?" tanya sosok itu kesal, bersampur dengan isakan.

"Ptfff... Bhwaaahahahah... Rupanya kau salah satu korban boneka mainan Mitsuki yah?" Boruto tertawa garing, tak perduli bahwa nantinya sosok itu akan semakin tersakiti.

Bum...

Satu tinjuan berhasil mendarat di pipi Boruto, hingga meninggalkan jejak di sana.

"Hei... Kenapa kau memukulku? Sakit tau!!" prites Boruto kesal.

"Kamu sendiri menertawaiku!! Kau pikir dirimu siapa? Seenaknya menertawakan orang?" protes sosok itu tak kalah kesalnya.

"Aku temannya Mitsuki" jawab Boruto tenang.

Bum..

Satu pukulan kembali turun di pipi sebelah Boruto, lantas kedua pipinya berhasil menjadi bakpao.

"JANGAN SEBUT NAMA BAJINGAN ITU LAGI!!" lalu perempuan bersuari indigo itu berteriak di wajah Boruto, sebelum ahkirnya meninggalkan Raftoop.


°°°

"Hanya apa Sumire?" tanya Chocho tak sabaran, kala Sumire terus menggantung kalimatnya.

"Ano... Bukan apa-apa, kurasa nanti baru aku kasi tau" kata Sumire, lalu menyengir aneh.

"Tidak bisa...!!! Kau sudah membuatku menunggu, kamu membuatku penasaran Sumire!!!" protes Chocho lantang. Namun Sunire hanya bisa menyengir.

"Ano... Ma.. Maaf, Chocho.. Aku tidak, ber.. Bermaksdu.."

"Yasudahlah... Palingan yang mau kamu bicarakan itu tidak penting" sela Chocho pasrah. Sumire mengangguk antusiasi.

"Hn.. Kau benar.."

.
.
.

Playboy Mitsuki-kunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang