08. payung teduh

388 38 2
                                    


Hujan mengguyur lebat kota konoha. Walau begitu, warga konoha tak lantas menghentikan aktifitasnya. Sebagian dari mereka memutuskan berlindung di bawah payung, sambil menembus hujan.

Lalu Sumire? Hanya bisa berdiam diri di ujung koridor. Berharap hujan deras ini akan berakhir dengan cepat, agar ia segera pulang.

"Kau menungguku."

Sumire tersentak, lantas ia menoleh ke samping dan mendapati Mitsuki yang tersenyum tulus padanya.

"Se.. Se.. Sejak kapan, kau, ada di situ?" tanya Sumire gugup. Lantas Mitsuki tertawa riang.

"Kau suka sekali melamun, makanya kau tidak pernah menyadari kedatanganku" kata Mitsuki, sambil mencentil lembut dahi Sumire.

"A.. A.. Itu_"

"Kamu memikirkanku yah?" dilihatnya wajah Sumire memerah padam, lantas Mitsuki tertawa lembut.

"Rupanya negitu yah?"

"Tidak!! A.. Aku.. Entahlah, aku memang selalu tidak sadarkan diri" bentah Sumire salah tingkah.

"Yasudah, kenapa kamu belum pulang? Kamu tidak bawa payung?"

"I.. Iya" jawab Sumire, lantas segera memalingkan pamdangannya dari Mitsuki.

Diam beberapa saat, hening dan redup. Hanya suara derasanya hujan yang terdengar. Sebelum Sumire membuka percakapan.

"Kau sendiri, kenapa belum pulang?" tanya Sumire gugup.

"Aku?" Mitsuki menunjuk dirinya sendiri. Lantas Sumire mengangguk.

"Tidak bawa payung juga?" Sumire kembali bertanya.

"Tidak.. Aku bawa kok" jawab Mitsuki tenang, menatap lurus pada mata Sumire yang selalu gugup atas tindakannya.

"Mau pulang denganku?" tawar Mitsuki.

"Ma.. Tidak!" jawab Sumire ragu-ragu. Lantas Mitsuki diam sesaat, sambil membuka lebar payungnya.

"Iya artinya mau, dan tidak artinya mau" kata Mitsuki, sedikit memaksa. Lantas tak pikir panjang lagi, Mitsuki segera meraih tangan Sumire dan menarunya di pegangan payung, bersama dengan tangannya.

"Ayo.." kata Mitsuki lembut. Walau begitu, segera Sumire menarik tangannya menjauh.

"A.. A.. Aku tidak perlu memegangnya, kau saja" kata Sumire dengan semburan merona di kedua pipinya. Mitsuki mengulum senyum, lantas keduanya segera melangkah menembus hujan di bawah payung biru milik Mitsuki.

"Seragammu bisa basa terkena hujan, kalau kau berusaha menjauh" kata Mitsuki, menyadari ada jarak antara mereka. Lantas, Mitsuki menaikan tangannya di lengan Sumire sebelum akhirnya menariknya mendekat.

"Ka.. Kau.." Sumire mendongak menatap wajah tampan Mitsuki,sebelum akhirnya kembali terpancar rona merah di pipinya.



°°°


Boruto sama sekali tidak berpengalaman tentang cinta, tapi untuk jatuh cinta ia pernah merasakannya. Bahkan, sekarangpun ia masih merasakannya.

Dibawah payung kuning, ia berdiri mengamati dua insan yang saling bermesraan. Hujan deras yang mengguyur kota, mememani kepedihannya.

"Aduh..."

Boruto mendongak, ia mendapai sosok perempuan berambut pendek sebahu yang tengah berlindung di pondok. Lantas Boruto segera mendekatinya.

"Kau yang memukulku hari itu kan?" tanya Boruto, usai berdiri di hadapannya.

"Oh, kau..!! Sudalah, aku minta maaf. Saat itu aku sedang emosional" sosok berrambut indigo itu menunduk penuh penyesalan.

"Siapa namamu?"

"Sarada Uciha" jawab Sarada.

"Pakai payung punyaku saja" kata Boruto, lantas menyodorkan payung kuningnya.

"Ta... Tapi_"

"Sudah ku bilang, pakai saja" kata Boruto memaksa. Sarada perlahan mengulur tangannya untuk mengambil payung itu.

"Kau bagaimana?"

"Tidak usah pikirkan aku" jawab Boruto, lantas bergegas pergi menembus hujan tanpa perlindungan.

"Hei... Aku belum tau namamu" teriak Sarada, ketika menyadari Boruto telah menjauh.

"Apa sih? Pasti sedang patah hati" tebak sarada tepat sasaran.




.
.
.

Udah, gitu dulu.

Silahkan kommen jika ada yang menjanggal, atau ada typo yang nyasar.

See you😘




Playboy Mitsuki-kunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang