Zayn POV
Akhirnya bel masuk berbunyi juga. Gue udah nggak sabar buat lihat sesuatu di balik leher cewek itu. Ya, apa bener yang dibilang Ethan? Kalau cewek itu jakunan? Well, jujur gue sama sekali nggak percaya. Secara, masih jaman ada cewek yang jakunan? Apa dia sebenernya cowok?
Sial! Gue makin penasaran.
Suasana kelas kini mulai gaduh. Penyebabnya mentor dari OSIS bagian kelas gue. Mana cowok semua mentornya. Parahnya lagi, rata-rata cukup tampan. Ya gue akui mereka tampan. Tapi ingat, masih tampan gue!
"Nah, sekarang kita main game, ya? Yang salah, maju ke depan dan akan ada hukumannya," ujar OSIS itu yang seingat gue namanya Gio.
Semua siswi menjerit histeris. Sumpah, walaupun rata-rata penghuninya cowok, suara cewek tetep paling gede rasanya. Sampai-sampai bikin gendang telinga gue mau pecah, nih.
"Ikuti gerakan Kak Melvin, ya?" sambung Gio yang mendapat anggukan antusias dari semua siswi.
Gue hanya mendesah berat. Rasa-rasanya membosankan. Sama sekali nggak menarik bagi gue.
Bayangkan, kita disuruh buat ngikutin gerakan? Atau mungkin instruksi? Kayak orang bego aja tau nggak, sih?
"Permainannya itu begini. Kalau misalnya Kakak sebut mulut, kalian harus pegang bagian tubuh yang lain selain mulut," jelas Kak Melvin. "Ngerti?" sambungnya.
Dengan ogah-ogahan, gue jawab, "Ngerti!"
"Zay, kita nggak boleh kalah pokoknya! Males kena hukuman gue," bisi Jefri yang membuat gue mengangguk setuju.
"Oy, gue yakin gue yang menang sama Ethan!" sahut Firman sambil tersenyum sombong.
Gue hanya menarik sebelah alis gue ke atas. Rasanya mustahil si Firman sialan itu enggak maju ke depan. Alasannya? Lihat saja nanti.
"Kenapa lo natap gue gitu? Nggak percaya?"
Gue hanya mengedikkan bahu acuh. Malas untuk berdebat dengan orang yang punya size otak di bawah rata-rata.
"Kakak mulai, ya? Hidung!" teriak Ka Melvin yang membuat gue akhirnya memegang mata.
Sial! Si pesawat Jet malah cekikikan nggak jelas.
"Pegang mata sih pegang, tapi kagak usah sambil di pelototin matanya. Nggak akan keliatan serem tau," sindir Jefri yang masih setia memegang dagunya itu.
"Sialan, lo! Reflek gue!" balas gue tak terima.
"Anjir, gara-gara lo, nih, Fir! Gue jadi salah!" umpat Ethan yang membuat gue menoleh ke arahnya.
"Lo, Than! Gue mau pegang pantat, lo malah nggak bisa diem tangannya!" balas Firman tak terima.
Maksudnya? Jadi si Firman pegang pantat? Idih, jijik bener dia. Tangannya berarti udah nggak steril dong? Iuh.
"Yang lo pegang pantat siapa dulu! Lo pegang pantat gue, ya jelas gue nggak terima, dong! Bisa-bisa nggak perawan gue!" ujar Ethan berapi-api.
Semua siswa yang mendengar ocehan Ethan langsung tertawa. Termaksud gue.
Dugaan gue bener, 'kan? Nggak mungkin seorang Firman nggak jelas kayak gitu menang. Sekali main aja dah buat kegaduhan kayak gini. Mustahil, deh, mustahil!
Firman menjitak kepala Ethan yang membuat Ethan mengaduh kesakitan.
"Sialan, lo! Reflek gue! Ya maap!"
"Kalian, ayo maju ke depan!" Kak Melvin memberi perintah sekali lagi. Kali ini gue lihat wajahnya yang menahan tawa geli sendiri.
Gue hanya geleng-geleng kepala. Punya temen, kok, gini amat, yak? Untung gue enggak duduk sebangku sama Firman. Bisa hancur sudah reputasi gue kalau duduk sama dia. Aish!
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange Taste [On Going]
Teen FictionCover by : pinterest *** Namanya Gladys, bukan Gadis. Namun, teman sekelasnya mempelesetkan namanya menjadi Janda. Ayolah, itu sangat jauh dari nama aslinya. Peringatan, bagi kalian jangan sekali-kali memanggil Gladys, Janda. Kalau tak ingin terkena...