Hari ini, hari yang cukup buruk bagi seorang Zayn Abraham Reynand.
Matanya sejak tadi masih menatap tajam ke arah kertas yang dipegangnya. Sesekali, sebelah tangannya memainkan pulpen yang masih tersegel di atas kertas itu.
'Sial!' makinya dalam hati.
Kini, dengan kasar Zayn melemparkan jauh kertas itu ke atas mejanya. Mungkin, kali ini ia akan memilih jalur yang sama seperti SMP dulu. Bodoh amat dengan kenangan yang selalu Kakak pertamanya ocehkan. Dia tak butuh kenangan merepotkan seperti itu.
"Woy, Bro!" sapa seseorang sambil menepuk sebelah bahu Zayn.
Zayn hanya tersenyum tipis sebagai tanggapan.
"Lagi ngapain? Keliatannya murung mulu," ujar Jefri lalu duduk di sebelah Zayn.
Zayn hanya mengedikkan bahunya acuh. Tak berniat untuk mengeluarkan suara.
"Oh, ya. Gue udah isi formulir! Gue pengen masuk ke semua ekskul!" Jefri menebar senyuman semangatnya.
Mata Zayn membulat terkejut. Apa temannya itu waras?
"Serius? Yakin? Lo nggak akan tepar?" tanya Zayn beruntun.
Jefri mengangguk semangat. Masih tetap menyunggingkan senyuman lebar andalannya yang membuat kaum hawa meleleh. Catat, tidak untuk Zayn yang malah bergidik ngeri.
"Serius! Lo mau tau alasannya?"
"Apaan?"
Jefri mendekatkan wajahnya ke arah Zayn yang membuat Zayn ancang-ancang posisi. Takut-takut otak temannya lagi ke sambet setan, dia bisa mengantisipasinya nanti.
"BIAR DOI GUE BANYAK!" teriak Jefri sangat tidak santuy.
Telinga Zayn seketika berdenging. Rasanya, seperti ada sesuatu benda tajam yang menusuk gendang telinganya.
'Sialan, nih, si Jet!' umpat Zayn dalam hati.
"Dasar jet rusak, lo! Kuping gue normal! Nggak usah teriak-teriak deket telinga gue juga!" Zayn mendelik tajam. Mood-nya benar-benar hancur lebur!
Jefri yang mendapat amukan hanya terkekeh hambar. Tiba-tiba tengkuknya terasa gatal.
"Nggak usah garuk tengkuk, lo! Nggak bakal keliatan watados!" maki Zayn yang membuat Jefri mengurungkan niatnya.
"Hai eperbodeh! Woy, dah akrab banget, nih, pagi-pagi!" sahut seseorang yang membuat Zayn dan Jefri menoleh ke arahnya.
"Lagi pada ngapain? Dah rame amat. Tumben. Lagi menang arisan, nih?" tanya Firman ngawur.
Zayn berdecih sinis. Dalam hati ia beristighfar. Berusaha meredam rasa sakit kepalanya. Nasib apa dia diberi teman yang otaknya pada setengah begini?
"Mata lo lagi rusak?" sindir Zayn.
"Wuihh! Abang Zayn lagi PMS, ya, Jep? Kata-katanya lebih ngenes dari biasanya." Firman berbisik ke arah Jefri. Ralat. Bergaya seperti orang yang tengah berbisik-bisik. Namun, semua ucapannya sangat jelas terdengar oleh Zayn.
Karena Zayn tak ingin mati muda atau yang tua sebelum umurnya, ia langsung memakai earphone. Menyetel musik dengan volume full, membuatnya jadi tak akan mendengar ocehan-ocehan unfaedah dari dua teman biadabnya itu.
Dalam hati ia bertanya-tanya. Ke mana satu teman biadabnya lagi? Si Setan tidak mungkin bolos di awal pelajaran baru, 'kan?
Saat Zayn asyik menikmati musik dengan kepala yang disembunyikan di balik tangan yang dia tumpukan di meja, sebuah goyangan kencang di tubuhnya membuat ia akhirnya menyerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange Taste [On Going]
Teen FictionCover by : pinterest *** Namanya Gladys, bukan Gadis. Namun, teman sekelasnya mempelesetkan namanya menjadi Janda. Ayolah, itu sangat jauh dari nama aslinya. Peringatan, bagi kalian jangan sekali-kali memanggil Gladys, Janda. Kalau tak ingin terkena...