ST | Bagian Sembilan

41 8 0
                                    

Malam ini Gladys sedang berada di supermarket. Memilih makanan ringan untuk camilan di rumah sambil menonton film horor.

"Woy janda berjakun!" Suara itu membuat Gladys melotot tajam, memberi peringatan.

Firman datang sambil melambaikan tangan. Namun, saat melihat pelototan tajam Gladys, dia bergidik.

"Wes, santuy, Mba, santuy!" ujar Firman sambil terkekeh garing.

Gladys mendengkus. Dia kembali memilih makanan ringan.

"Mau apa ke sini?" tanya Gladys masih memilih makanan ringan.

"Em ... gue boleh minta tolong nggak sama lo? Please ...." Firman menangkupkan kedua tangannya. Memohon kepada Gladys agar mau membantunya.

Gladys berdecak. "Nggak, gue sibuk," tolak Gladys cepat.

"Ayolah, darurat ini," bujuk Firman.

"Nggak." Gladys tetap menolaknya.

"Nanti Zayn traktir apa aja yang lo mau, deh." Tawaran Firman kali ini sangat menggiurkan. Ini tentu saja menguntungkan bagi Gladys.

Zayn yang mendengarnya, melotot ke arah Firman.

"Apaan, sih, lo, Fir?" bisik Zayn tak terima.

"Ssttt! Lo diem aja. Kalo lo nggak setuju, lo mau emangnya beli gituan sendiri?"

Zayn menghela nafas pasrahnya. Akhirnya ia memilih diam saja. Toh, yang ditanya Firman memang benar. Dia mana mungkin sudi membeli hal memalukan seperti itu. Apa kata Bundanya?

"Oke, gue bantu."

Senyum Firman langsung merekah saat Gladys akhirnya mau menolong mereka.

Sedangkan Zayn? Ahh, pria itu hanya menatap ke arah lain. Berusaha terlihat biasa saja, padahal batinnya sudah meneriaki dirinya untuk segera pergi dari sana kalau tidak ingin kena getah nantinya.

"Jadi gini, Zayn mau minta tolong buat beliin pembalut buat dia. Bisa?" pinta Firman sambil tersenyum kaku.

Kening Gladys mengernyit. Dia tentu saja terkejut mendengar hal itu.

"Apa? Bentar-bentar, kayaknya gue salah denger," kata Gladys sambil mengorek telinganya.

Tak lama, matanya memicing ke arah Zayn. Tangannya terulur, lalu dia menunjuk tepat di depan wajah Zayn.

"Dia PMS? Emang ada laki-laki yang PMS?" tanya Gladys. Matanya menyorot tak percaya.

Mata Zayn mendelik tajam. Ia mendesah berat. Sebenarnya ia sudah menduga bahwa gadis dihadapannya itu akan berkata seperti itu.

Dengan kasar, Zayn menepis tangan Gladys.

"Gue cowok tulen. Mau buktinya? Bisa, kok, gue tunjukkin," ujar Zayn setengah berbohong.

Ayolah, mana ada laki-laki yang mau membuktikan hal seperti itu? Yang ada, kebanyakan dari mereka akan malu. Tahu mimpi basah? Cih, Zayn juga mana mau. Dia hanya membual saja.

Gladys langsung menggelengkan kepala cepat. Dia bergidik ngeri. Mana mau Gladys melihat hal yang seperti itu? Nanti, mata dan pikiran sucinya ternodai.

"Kalo gitu, buat apa lo butuh pembalut? Lo masih suka kencing di celana? Atau buat nutupin perut buntal lo itu karena baju lo nggak muat, Jayen?"

"Lo waras?" Zayn malah balik bertanya yang membuat Gladys menghela nafas panjangnya.

"Oke. Jadi ... kalian minta tolong ke gue buat beli pembalut itu buat apa? Kalo kalian cowok tulen, terus buat apa?" tanya Gladys sekali lagi dengan tatapan curiga.

Strange Taste [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang