pt.14

1.4K 132 17
                                    

🚀 Cemburu 🚀

Ini sudah satu minggu sejak Lita melihat Ajmi bersama perempuan itu waktu di kantin. Semakin hari Lita semakin sering melihat Ajmi bersama perempuan itu di kantin ataupun di depan kelasnya.

Sudah satu minggu Lita menjadi cuek pada Ajmi. Contohnya jika mereka berdua berpapasan, Lita akan pura-pura tidak melihat ke arah Ajmi seakan mereka tidak saling mengenal.

Ajmi juga bingung sebenarnya apa yang terjadi pada perempuan itu, kenapa tiba-tiba cuek padanya. Biasanya juga dia yang akan paling antusias jika mereka berdua bertemu.

Dan Ajmi juga kesal, sudah satu minggu ini dia selalu melihat Lita datang ke sekolah bersama Rama. Mereka berdua seperti di lem, selalu bersama kemanapun. Dimana ada Lita disitu ada Rama.

Saat ini Ajmi sedang berjalan di lapangan bersama teman satu ekskulnya, dia baru saja selesai latihan pramukanya. Latihan pramuka dimulai setelah jam pelajaran selesai dan selesai sampai sebelum magrib.

"Tolooong hiks," ucap seseorang dengan nada suara yang sangat lemah.

Ajmi kemudian berhenti, kemudian melihat ke arah suara yang berasal dari perpustakaan. Yang lain juga ikut menghentikan jalannya.

"Kalian denger sesuatu?" tanya Abdul, salah satu teman ekskul Ajmi.

"Iya suara minta tolong gitu," ucap satunya lagi, Ilham.

"Hiks--hiks--toloong." suara itu terdengar lagi.

Dia semakin penasaran saat mendengar isak tangis seorang perempuan. Ajmi kemudian berlari mencari suara itu berasal.

"Mau kemana Mi? Bisa aja itu kuntilanak, ini kan udah mau masuk magrib." ucap Abdul sambil sedikit berteriak dengan menatap sekeliling horor.

"Lo ngawur aja kalo ngomong," seru Ilham sambil menepuk pipi Abdul lumayan kencang.

Tanpa memperdulikan mereka, dia menghampiri asal suara itu. Dan ternyata benar suara itu berasal dari perpustakaan. Tapi setelahnya suara tersebut sudah hilang.

Ajmi terus berjalan ke arah perpustakaan dan membuka pintu perpustakaan itu, tidak di kunci ternyata. Abdul dan Ilham ternyata mengikutinya, mereka berjalan di belakang Ajmi.

"Lita?!" teriaknya.

Betapa terkejutnya dia saat melihat ternyata Lita yang terduduk di atas kursi kayu dengan tangan yang diikat ke belakang. Rambut yang acak-acakan, baju seragam yang basah dan umm dia bisa melihat dalaman Lita yang berwarna hitam itu.

"Shit." gumamnya saat melihat kedua temannya melihat ke arah itu tanpa berkedip.

"Kalian berdua keluar!" ucapnya dengan galak. Dengan cepat mereka berdua berbalik dan berjalan keluar dari perpustakaan.

Ajmi kemudian membuka jaket miliknya dan menutupi bagian dada Lita dengan jantung yang bertalu-talu. Ajmi juga cowok normal dong, aduh. Dia menggelengkan kepalanya dan beristigfar.

Dia kemudian teringat dengan tangan Lita yang masih terikat, dia langsung membukanya. Setelah terbuka dia kemudian dia melihat pergelangan tangan Lita memerah. Ajmi membenarkan letak jaket itu, memakaikannya.

Dia menepuk pelan pipi Lita, "Ta?" ucapnya. Dia melihat wajah Lita yang pucat pasi.

"Eughh," lenguhnya kemudian perlahan membuka kedua matanya. Matanya kemudian bersibobrok dengan manik coklat yang dia sangat kenali.

"Ajmi, hiks--hiks tolong gue Mi. Gue takut," ucapnya dan kembali terisak.

Ajmi dengan spontan langsung memeluk Lita, membawa Lita untuk bersandar pada dadanya. Mengelus pelan rambut Lita dengan gerakan naik turun.

A J M ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang