pt.20

1.3K 105 9
                                    

🚀 Shit. 🚀

C'MON GUYS, vote dulu ;)

Nari di desa Penari

Mutiiaau

"Gaakan kumpul-kumpul nih?"

Salwaaziizah

"Kuy ah, otw rumah Lita."

Litapmarais

"Boleh, sini sini"

Salwaaziizah

"Sekalian gue mau cerita soal tadi yang gue liat di sekolah. hihi"

Mutiiaau

"Emang ada apa Sal?"

Salwaaziizah

"Udahlah mending sekarang lo mandi dulu Mut, nanti gue jemput lo."

Mutiiaau

"Ahsiaaap."

Litapmarais

"Bung, lo juga kudu dateng!"

Bunga

"Y"

Setelah itu, Lita menyimpan handphone-nya di atas nakas. Dia kemudian beranjak dari rebahannya menuju kamar mandi dan langsung melakukan ritual mandinya.

Lima belas menit berlalu, Lita keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan bathrobe putihnya dan tentu memakai dalaman. Handuk kecil dia usapkan pada rambut basahnya dan berjalan menuju bibir ranjang dan duduk disana.

Melihat handphone-nya sebentar, tidak ada notifikasi spesial. Selalu seperti ini. Tidak ada notifikasi dari Ajmi. Kalau adapun, itu hanya mengabarinya jika latihannya sudah selesai dan akan pulang. Dan Ajmi akan menghubunginya lagi jika sudah akan tidur, mengucapkan selamat malam dan selamat tidur.

Tapi Lita bersyukur. Ajmi masih selalu mengabarinya disaat sibuk seperti ini. Dan dia tau, Ajmi pasti sangat kelelahan. Dia mengerti itu.

Ceklek

"Lo masih kecil udah berani main cium-ciuman ya?" tanya Salwa setelah membuka kamar Lita.

"Masuk rumah gaada tanda-tandanya, heran gue. Nggak bilang salam lagi," hardik Lita dengan menatap Salwa dan Bunga tajam.

"Assalamualaikum Litaaa jelek."

"Waalaikumsallam. Tapi lebih jelek lo, hahaha."

"Kok cuma berdua, mana Muti?" tanya Lita.

"Ada, dia lagi beresin cemilan dibawah." balasnya sambil mendudukan diri di sofa empuk Lita.

Sedangkan Bunga, dia langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang dan memainkan ponsel miliknya.

"Gue pake baju dulu bentar." ucap Lita sambil beranjak menuju kamar mandi.

Selang beberapa menit, pintu kamar Lita terbuka diikuti dengan gerutuan dari Mutia. Dia masuk dengan membawa beberapa kantong keresek dan beberapa mangkok berisi seblak yang disimpan dimampan.

"Lo kenapa nggak bantuin gue sih, ribet nih." gerutu Mutia.

Salwa bangun dari duduknya, "Hahaha, yaudah sini sini." ucapnya.

Kemudian mereka menata semua cemilan itu di lantai yang dilapisi karpet bulu yang halus.

Mutia celingak-celinguk menatap isi kamar, "Mana yang punya rumahnya?" tanyanya.

A J M ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang