4. Makan Malam

936 69 3
                                    

Hayu memakai dress selutut itu dengan terpaksa. Sebenarnya, dia kurang suka memakai pakaian seperti ini. Mama yang membelikan di butik tadi siang. Katanya, ada seorang kenalan papa yang akan datang bersama keluarga untuk makan malam di rumah mereka.

Done! Dia sudah cantik. Sang mama tersenyum senang saat melihat penampilan putrinya. Sedari tadi dia sibuk mendandani gadis itu dengan berbagai macam kosmetik.

"Biar makin cantik, Sayang." Begitu katanya.

Sebenarnya Hayu merasa risih. Mengapa untuk menyambut kedatangan seorang tamu, dia harus berdandan layaknya pergi ke pesta. Dalam hati wanita itu bertanya, siapa tamu yang akan datang ke rumah mereka. Apa mungkin bapak gubernur sehingga persiapannya harus sedemikian rupa.

Papanya memang memegang jabatan penting di kantor. Namun, apa iya seorang gubernur mau berkunjung ke rumah mereka. Biasanya malah mengadakan open house di rumah pribadi dengan mengundang ribuan orang.

"Yuk, turun! Tamunya udah datang." Mama mengajak keluar kamar.

Hayu memang menguasai lantai atas rumah ini sendirian. Kamar mama dan papa ada di bawah, karena mereka sudah tidak kuat harus naik turun tangga.

Saat memasuki ruang makan, tiba-tiba matanya menjadi sakit saat melihat seseorang yang duduk di sebelah kanan papa. Dia adalah ... bocah itu! Aksa.

"Hayu, duduk sini." Papa menepuk kursi di sebelah kirinya.

Berat kaki itu melangkah. Entah mengapa wajahnya yang tadi ceria berubah cemberut. Mama menyenggol lengan putrinya. Hayu tahu maksudnya apa. Dia lupa menyapa.

"Malam Om. Tante. Aksa." Gadis itu melengkungkan bibir, mengulas senyum manis. Memang tidak sopan jika ada tamu berkunjung dan sambutannya cuek.

Melihat sang pujaan hati yang tampil berbeda malam ini, wajah Aksa menjadi cerah. Matanya melirik tiada. Ini minta dicocol sambal sepertinya.

"Hayu, cantiknya." Tante Rani --mama Aksa-- memuji calon menantunya. Sementara itu Om Setya hanya membalas sapaan gadis itu dengan senyuman.

"Biasa aja Tante ini ..." jawab gadis itu malu.

"Ayo, langsung makan."

Mama sibuk membuka sajian. Bau harum menguar memenuhi ruangan. Mama memang pintar memasak. Ibu rumah tangga sejati, menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengabdi kepada keluarga.

Hayu sendiri belum bisa seperti mama, lebih suka berkarir, menggapai cita-cita, bebas berpergian ke mana saja. Tidak bisa dia bayangkan berada seharian di rumah, menghabiskan waktu dengan memasak dan pekerjaan rumah yang lain.

"Aksa sekarang kerja di kantor papa, ya?" Danu bertanya.

"Iya, Om." Lelaki itu menghabiskan dulu semua yang ada dimulutnya sebelum menjawab pertanyaan. Makannya lahap sekali, sampai Hayu ingin bertanya, itu memang dasarnya rakus atau kelaparan?

"Kuliahnya gimana?" lanjut Danu.

"Sedikit lagi, Om. Perkiraan mungkin masih dua tahun lagi," jawabnya santai.

"Kerja sambil kuliah? Hebat, dong. Tumben, dulu katanya gak mau ikut sama papa. Ya, kan?" Danu melirik Setya.

Para kaum hawa hanya menyimak apa mereka bicarakan. Hayu sendiri malas ikut menanggapi, tidak mengerti juga. Apalagi para mama, malah asyik bergosip berdua. Memang sepertinya hanya dia sendiri yang jadi patung malam ini.

Aksa meletakkan sendok dan garpu, mengambil tisusue kemudian mengelap mulutnya. Dia meminum segelas air dengan cepat hingga tandas. Hayu sampai melongo melihatnya.

"Om, tante. Mau ngobrol berdua Hayu boleh gak?" Dia meminta ijin.

"Eh, bocah. Mau ngapain coba?" tanya Hayu dalam hati.

Get Married [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang