Extrachap

6.5K 150 27
                                    

Haiii...temen-teman gimana kabarnya? Semoga baik-baik aja ya:) gak kerasa ya bentar lagi bulan suci ramadhan--bagi yg menjalankan--. Semoga ramadhan nanti sudah nggak ada lagi yang namanya covid-19 mari kita berdoa bersama-sama. Tetep jaga kesehatan dan #StayAtHome

Katanya pengen covid-19 cepet ilang, kok masih keluyuran?ngehe

Karena kemarin ada yang nanyain dan minta extrachap ceritnya, akhirnya sekarang saya bikin:v

Sebelum itu siapin earphone atau pemutar musik lainnya untuk memutar lagu dibawah ini, gak wajib juga sih hehe cuman biar ngefeel aja:v

Song: Hanya Rindu-Admesh

🔫🔫🔫

Semilir angin dengan lembut menerpa wajahku, dengan ditemani pemandangan senja dan secangkir kopi. Aku duduk disebuah kursi dibalkon, menatap sebuah benda persegi dengan bingkai emas yang tengah memperlihatkan seorang gadis dengan rambut cokelat dan kacamatanya tengah tersenyum tipis.

Tanganku terulur menyentuh gambar itu berharap aku dapat merasakannya secara nyata, berharap aku bisa menangkup kedua pipinya, merasa bahwa dia masih hidup. Iya dia memang masih hidup dan akan selalu hidup, hidup didalam hatiku.

Kebersamaanku dengannya memang tidak begitu lama, tapi aku merasa bahwa aku dengannya sudah mengenal sejak lama, bahkan aku menganggapnya saudara.

Aku jadi teringat ketika kami bertemu untuk yang pertamakalinya. Dia merupakan murid baru disekolah tempat aku bersekolah. Dia cantik aku akui itu, tapi sayang dia sangat dingin seolah tak tersentuh. Tapi setelah berkenalan dan dekat dengannya aku banyak mengetahui rahasia tentangnya hal-hal yang bahkan tak pernah terpikirkan olehku. Cover, dia mungkin hanya gadis manis biasa, tapi kalian tidak akan pernah tahu apa yang bisa dia lakukan, eh atau justru sekarang kalian sudah tau?.

Dia gadis kuat yang pernah ku kenal, dia aktor terhebat dalam bersandiwara. Berpura-pura bahagia meski memiliki banyak luka. Gadis baik hati yang hidupnya bukan hanya untuk dirinya sendiri. Gadis menyeramkan, membenci penghianatan. Hukuman paling ringan untuk penghianatan adalah kematian!. Aku sangat ingat dengan slogan itu, bahkan menjadi prinsip hidupnya. Memang aku tidak setuju dengan yang satu itu, tapi mengingat kembali dengan apa yang terjadi enam belas tahun lalu, membuatku mau tak mau membenarkannya.

Kenangan enam belas tahun lalu selalu membuat dadaku sesak, semakin sesak ketika aku menyadari bahwa dia memang takan pernah kembali.

"Mama..."

Aku menoleh ke belakang, dimana seorang gadis kecil sedang tersenyum ke arahku. Ditangannya terdapat sebuah Ice cream vanilla.

"Ya"

"Ayah bilang besok kita akan kerumah bibi, benarkan itu?"tanya putri kecilku.

"Tentu, sudahlama kita tidak kesana, bibi pasti merindukanmu"aku mengusap pipi putriku yang terkena cream vanilla.

"Yess...kapan bibi akan menggendongku, dia bahkan tidak pernah bicara denganku, selalu aku yang berbicara dengannya"

Aku tersenyum tidak ingin memberi jawaban, tepatnya tidak tahu harus menjawab apa. Putriku sudah bertanya ini beberapa kali terlebih ketika kami berkunjung ke bibinya.

"Ara mandi dulu yuk, bau asem"aku berpura-pura menutup hidungku membuat gadis kecil itu mengerucutkan bibir sebal.

"Oke"ucapnya. Dia berjalan mendahuluiku sambil berteriak-teriak memanggil ayahnya. Heran, darimana menurunya sifat itu, padahal dulu aku sangat kalem hehe.

Syakira[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang